Dua Jenis Kebohongan: Kaki Pendek Atau Hidung Panjang
Amsal 19:1-15
Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.
- Amsal 19:9
Sesungguhnya Tuhan memandang kebohongan dan saksi dusta/fitnah seba-gai sebuah dosa yang sangat serius. Alangkah sayangnya apabila kita tidak membunuh, tidak menyembah berhala, tidak menyiksa orang, tidak terlibat okultisme, tetapi memiliki kebiasaan berbohong karena menganggap hal itu biasa saja.Salah satu dongeng terkenal tentang kebohongan adalah kisah Pinokio. Dalam serial, The Adventures of Pinocchio (1883), penulis fiksi Italia Carlo Collodi menanamkan nilai moral betapa buruknya akibat yang harus diterima orang yang suka berbohong. Ia juga mengungkapkan keseharian dalam kehidupan bahwa ke-bohongan dan kepura-puraan diperlukan dalam berkomunikasi, terutama dalam mengejar ambisi pribadi. Karena dalam dunia nyata mengatakan yang sebenarnya justru sering tidak dipercaya oleh orang yang tak pernah mengecek kebenaran mereka. Hanya percaya laporan orang dan berasumsi.Satu saat supir gereja berkata kepada saya bahwa ia sulit percaya orang Kristen itu baik karena hampir setiap kali mengantar jemaat, majelis atau hamba Tuhan, umumnya mereka menjelekkan orang lain, apalagi sebagian yang mereka kata-kan itu bohong. Wow! Kalau mau tahu rahasia gereja, coba tanya sopir mobilnya.Ada dua jenis kebohongan, yakni kebohongan kaki pendek dan hidung pan-jang: Kebohongan kaki pendek adalah kebohongan yang bisa memberi kita se-dikit jarak, tetapi tidak bisa berlari lebih cepat dari kebenarannya. Maksudnya, kita segera menyadari bahwa lebih baik mengatakan yang sejujurnya daripada mem-pertahankan kebohongan tersebut. Sementara kebohongan hidung panjang adalah kebohongan yang membuat pembohongnya terlihat konyol. Sudah ketahuan berbohong tetapi ia memperta-hankannya dengan membuat kebohongan yang lain. Dengan kata lain, ini adalah kebohongan yang tidak masuk akal. Seperti yang dilakukan Pinokio.Mengapa kita manusia sering mudah menerima kebohongan? Karena kebo-hongan sering bersembunyi di balik halusnya tutur kata, santunnya bahasa tubuh, dan manisnya kalimat mesra.Mari kita berusaha agar tidak berbohong. Baik itu kepura-puraan yang kita lakukan, maupun berasumsi tanpa mencoba mengetahui kebenarannya. Berbo-hong merugikan orang lain, menggelisahkan diri sendiri dan dibenci Tuhan yang akan mendatangkan hukuman. Ingatlah selalu bahwa di hadapan manusia Anda bisa bersandiwara tetapi tidak di hadapan Allah yang mengetahui semuanya.Salam tidak bohong.
Refleksi Diri:
• Bagaimana pengalaman Anda di masa lalu mengenai berbohong? Apa hikmat yang Anda bisa pelajari dari pengalaman tersebut?
• Dari dua jenis kebohongan, apa peringatan yang bisa Anda dapatkan? Ingat, lebih baik mengakui kebohongan dan berkata sejujurnya.