Elok Kok Minder
1 Samuel 9:1-21
Tetapi jawab Saul: “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin?
Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?” - 1 Samuel 9:21
Saya termasuk kaum minder. Sampai SMP , saya masih mengalami perundungan secara verbal karena kidal. Bahkan guru pun tidak mengerti psikologi kidal, seolah itu dosa. Saya juga tidak terlalu fasih bicara. Padahal kalau jadi pendeta, penilaian penting adalah kemampuannya berkhotbah (baca: berbicara).
Saul pasti tidak kalah ganteng dibandingkan aktor ternama, Lee Min Ho. Tinggi badannya juga di atas rata-rata. Ia pria paling elok se-Israel (ay. 2).
Bahkan Saul punya kelebihan lain: jago berperang. Ia juga berasal dari keluarga terpandang dan kaya. Saya pikir tidak berlebihan menyebutnya “sultan” atau anaknya sultan. Akan tetapi, di balik segala kelebihan tersebut, ia ternyata minder.
Mari kita perhatikan dialog Nabi Samuel dengan Saul. Samuel memuji-nya, “Tetapi siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukankah itu ada padamu dan pada seluruh kaum keluargamu?” (ay. 20b). Akan tetapi, apa tanggapan Saul, “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?” (ay. 21). Semua yang dikatakan Saul tentang sukunya, kaumnya menunjukkan keminderannya. Ia sama sekali tidak bisa menghargai kelebihan dirinya.
Setiap orang bisa minder, kalau mau dicari-cari faktor keminderannya. Namun, setiap orang tidak perlu minder jika ia mengenal diri dan mengenal Pencipta dan Penebusnya.
Jika seseorang mengenal potensi dirinya, ia pasti menghargai dirinya. Sekarang ini, saya tidak lagi berkhotbah tetapi saya bisa berkhotbah melalui cara lain: tulisan. Selama mata saya masih bisa melihat, pikiran saya masih sehat, jari saya masih bisa mengetik maka saya akan terus melayani. Saya tidak minder karena tahu Tuhan menciptakan saya sebagai pribadi yang unik dan berharga. Dia memberi talenta dan karunia. Tak ada alasan bagi saya minder dan tidak melayani Tuhan sekalipun di dalam keterbatasan.
Mari tinggalkan minder dan alasan-alasan lainnya. Mulailah menghargai diri sebagai ciptaan Allah yang berharga. Ayo melayani Dia sesuai karunia dan talenta yang diberikan oleh-Nya!
Refleksi Diri:
- Apa hal-hal yang menyebabkan Anda merasa minder selama ini?
- Bagaimana cara Anda melayani Tuhan, meskipun ada keterbatasan dalam diri Anda?