Every End Is a New Beginning
Kidung Agung 8:13-14
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
- 1 Korintus 13:8
Salah satu kriteria kisah yang baik adalah awal harus simetri dengan akhir cerita karena awal dan akhir cerita adalah satu bagian dari keseluruhan kisah yang sama (the beginning and the ending are two halves of the same whole). Apakah pendapat ini benar atau tidak, tapi kita bisa lihat Alkitab beberapa kali menggunakannya. Dimulai dengan Allah menjadikan langit dan bumi (Kej. 1:1), diakhiri dengan langit dan bumi yang baru (Why. 21:1).
Kidung Agung juga melakukan hal yang sama. Kisah mereka dimulai dengan si hitam manis penjaga kebun dibawa ke istana sang raja (Kid. 1:4) dan diakhiri dengan sang raja kembali memanggil penjaga kebun ini. Kisah mereka diawali
dengan si gadis memanggil sang raja untuk cepat membawanya (Kid. 1:4) dan diakhiri dengan si gadis memanggil kekasihnya agar cepat menghampirinya seperti kijang dan anak rusa. Semangatnya sama seperti saat mereka berpacaran ketika sang raja datang apel (Kid. 2:9).
Salomo berpesan kisah mereka tidak berakhir di situ. Ini baru permulaan. Ia sedang menunjukkan satu siklus bagaimana ia dan istrinya mulai mengenal satu sama lain, saling mencintai, menghadapi konflik, dan akhirnya makin mengenal. Kisah petualangan cinta mereka akan terus berlanjut.
Demikian pula kisah cinta Anda dengan pasangan. Sesuai dengan janji pernikahan yang Anda berdua ikrarkan di hadapan Tuhan, petualangannya akan berlanjut sampai maut memisahkan. Ini berarti hubungan Anda akan selalu diterpa badai, mungkin saling mengecewakan, pertengkaran, dan sebagainya. Anda berdua adalah manusia berdosa yang sedang berproses, hal-hal ini tak terhindarkan. Namun, seperti siklus yang naik ke atas, Anda berdua akan makin dalam mengenal dan mencintai jika berkomitmen memperjuangkan kisah cinta ini.
Sayangnya, banyak pasangan yang hubungannya seperti spiral menurun. Barangkali tidak berakhir seekstrem perceraian, tapi keduanya sudah terpisahkan, entah pisah rumah, ranjang, atau hatinya. Cinta menjadi dingin dan keduanya sudah apatis, seperti dua orang asing yang tinggal seatap.
Saya berdoa kiranya Tuhan Yesus sendiri yang menambahkan-nambahkan cinta di dalam kehidupan pernikahan setiap pasangan yang membaca renungan ini. Amin.
Refleksi Diri:
- Apakah hubungan Anda seperti spiral naik, turun, atau stagnan?
- Pernahkan Anda secara khusus menyempatkan waktu untuk berdoa menyerahkan kehidupan pernikahan Anda kepada Tuhan Yesus?