False Security: In Your Prosperity
Amos 6:1-7
Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang
disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
- Pengkhotbah 5:12
George Orwell, seorang novelis Inggris, mengatakan, “Rich people are poor people with money” (orang kaya adalah orang miskin dengan uang). Ini mungkin gambaran yang tepat untuk orang-orang Israel yang ditegur Amos dalam perikop hari ini yang kita baca. Bayangkan, begitu mewahnya hidup mereka sampai-sampai bisa tidur di ranjang dari gading dan makan daging–makanan mewah di zaman itu (ay. 4). Mereka kira mereka aman dan tenteram. Mereka kira kekayaan mereka adalah tanda bahwa Tuhan merestui tindakan mereka. Kenyataannya tidak. Tuhan mengatakan bahwa bahkan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan pun dapat hidup dalam kelimpahan seperti mereka (ay. 2).
Pada zaman itu, kekayaan bukanlah sesuatu yang cepat lenyap seperti di zaman sekarang. Di zaman ini, salah investasi sedikit, ditipu rekan bisnis, kartu kredit hilang, tabungan dibobol, bisa menjungkir-balikkan hidup seseorang. Pada masa itu, kekayaan lebih sulit untuk berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Di masa kini, secara umum orang kaya lebih banyak kekhawatiran daripada orang-orang miskin. Di masa itu, orang-orang kaya hidup stress-free.
Inilah yang Tuhan sampaikan, bahwa Dia bisa mengambil kekayaan mereka sewaktu- waktu. Jika Tuhan mengizinkan Ayub menjadi miskin, padahal Ayub adalah orang yang benar di hadapan-Nya, kenapa Dia tidak boleh melakukan demikian terhadap orang yang jelas-jelas layak dihukum?
Permasalahan di zaman yang serba cepat ini bukan ketenteraman dalam harta. Sebaliknya, permasalahannya adalah kekhawatiran terhadap harta. Namun, jika kita telisik lebih jauh, sebenarnya problem kita dan orang-orang Israel dilatarbelakangi anggapan yang sama: bahwa uanglah yang akan menyelamatkan kita. Sakit? Uang yang menyelamatkan. Birokrasi pemerintahan yang berbelit-belit? Uang yang menyelamatkan. Anak kekurangan perhatian? Uang yang menyelamatkan, dan sebagainya. Padahal yang bisa menyelamatkan hidup kita satu-satunya ya cuma Tuhan Yesus. Uang bukan segalanya, tapi Yesus adalah Sang Penyelamat kekal baik dari dosa atau pun dari segala permasalahan yang kita hadapi. Kalau uang memang penyelamat kita, kenapa kita perlu mati-matian menyelamatkannya, bahkan dari tangan Tuhan sekalipun?
Refleksi diri:
- Adakah kebiasaan atau tindakan Anda sehari-hari yang didasari dari anggapan uanglah yang akan menyelamatkan?
- Bagaimana Anda sekarang akan bersikap terhadap uang?