Fokus hidup yang benar
Daniel 6:1-6
Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.
- Daniel 6:5
Ketika Raja Darius mempertimbangkan untuk menempatkan Daniel ke posisi paling tinggi–semacam posisi perdana menteri, posisi kedua tertinggi setelah raja–di kerajaan Babilonia, beberapa rekan kerja dan bawahan raja yang iri hati berusaha dengan segala cara dan upaya mencari-cari kesalahan Daniel. Namun, mereka tidak dapat menemukan satu pun kesalahan karena Daniel benar-benar seorang dengan kualitas karakter maupun keahlian yang luar biasa (ay. 4). Jelas sekali terlihat, Daniel memiliki integritas.
Integritas berasal dari kata “integer” yang berarti utuh, tidak terbelah. Seseorang yang berintegritas dalam relasinya dengan Tuhan, dirinya dan sesama, memiliki ketulusan dan kemurnian hati, seperti yang Paulus nyatakan, “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami,bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah (2Kor. 1:12).
Kemurnian hati berhubungan erat dengan fokus hidup. Apakah fokus dari segala yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan Allah atau untuk kemuliaan dan kepentingan diri sendiri? Sebagai manusia berdosa, kecenderungan kita dalam melakukan sesuatu adalah demi keuntungan diri. Karena itulah ayat 12 di atas menekankan bahwa ketulusan dan kemurnian didapatkan dari kasih karunia Allah. Jika ketulusan dan kemurnian merupakan usaha atau hikmat kita sendiri maka kita akan mudah menjadi orang-orang Farisi yang sombong. Namun, untuk bisa menjaga hati agar tetap tulus dan murni, kita perlu terus meminta pertolongan dan kasih karunia Allah.
Menarik bahwa ternyata Daniel dikenal sebagai seorang pendoa. Satu-satunya kelemahan Daniel yang ditemukan para pendakwanya adalah kesukaannya untuk beribadah kepada Tuhan. Mereka tidak tahu bahwa justru melalui waktu ibadahnya, Daniel mendapatkan hikmat, ketulusan, dan kemurnian hati, yang menjadikannya luar biasa dan memiliki fokus hidup yang benar.
Marilah mengembalikan fokus hidup kita hanya untuk memuliakan Tuhan Yesus Kristus sambil memohon anugerah dari-Nya melalui doa untuk memberikan
kemurnian dan ketulusan di dalam hati kita dalam menjalankan panggilan-Nya.
Refleksi Diri:
- Bagaimana fokus hidup Anda selama ini? Apakah sepenuhnya untuk memuliakan Tuhan?
- Sudahkah Anda memohonkan ketulusan dan kemurnian hati kepada Tuhan didalam keseharian hidup Anda?