From Hero To Zero
Filipi 2:1-11
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
- Filipi 2:6-7
Soichiro Honda, pendiri perusahaan produsen mobil dan motor raksasa Honda memulai kariernya dari nol. Setelah menamatkan SMP, Honda bekerja di sebuah bengkel mobil. Uniknya, ia bukan bekerja sebagai montir, melainkan sebagai pengasuh bayi dari pemilik bengkel. Gaji pertamanya hanya 5 yen sebulan. Suatu hari bengkel tersebut begitu sibuk, lalu Honda dipanggil untuk membantu pekerjaan memperbaiki mobil. Pada usia ke-18, ia pertama kali diutus untuk memperbaiki sebuah mobil pemadam kebakaran yang berada sejauh 760 km dari tempat kerjanya. Dari sanalah kariernya terus menanjak hingga menjadi pahlawan otomotif.
Jika melihat kehidupan Kristus, kita menemukan kontras antara perjalanan hidup Yesus dengan orang-orang seperti Honda. Honda mengawali hidupnya dari bawah, lalu berangsur-angsur naik menuju puncak kesuksesan hidup atau biasa kita sebut “from zero to hero”. Sebaliknya, Kristus justru memulai dari atas saat Dia di surga, merelakan diri-Nya turun ke bawah, yaitu ke tengah manusia yang berdosa di dunia. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia atau kita bisa menyebutnya “from hero to zero”. Jalan Kristus adalah jalan kerendahan hati. Dia yang Mahakuasa dan Mahatinggi, rela mengosongkan diri agar manusia berdosa yang hidupnya kosong, menjadi terisi. Rasul Paulus menasihati jemaat Filipi untuk mengikuti jalan kerendahan hati Kristus. Hanya dengan bersikap rendah hati, jemaat Filipi dapat bersatu.
Tinggi hati atau kesombongan adalah benih pemecah kesatuan. Seseorang yang dikuasai kesombongan akan memusatkan seluruh perhatiannya pada kebaikan diri sendiri. Mereka tidak peduli terhadap kebaikan orang lain, bahkan rela mengorbankan orang lain demi tercapainya kebaikan bagi diri. Oleh karena itu, di mana pun kita berada, baik di rumah, di kantor, bahkan di gereja, selagi kesombongan masih ada di dalam diri kita pasti tidak akan membawa kebaikan bagi lingkungan. Sebaliknya, sikap rendah hati dengan memikirkan kebaikan bagi orang lain, lebih dari itu kebaikan bagi Kristus, akan membawa dampak baik dan positif terhadap lingkungan. Rendah hati membuat kita rela berkorban, bukan mengorbankan orang lain. Kita akan berkontribusi, bukan pamer aksi.
Refleksi Diri:
- Apakah ada kesombongan di dalam diri Anda? Apa hal-hal mengenai diri sendiri yang paling sering Anda sombongkan?
- Bagaimana komitmen Anda untuk meneladani Kristus dalam hal kerendahhatian yang ingin Anda lakukan?