Gak Ada PHP Dalam Kasih Kristus
1 Petrus 1:22-25
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
- 1 Petrus 1:22
Anda tentu pernah mendengar singkatan PHP, yaitu pemberi harapan palsu. PHP terjadi karena kasih yang pura-pura atau palsu. Seseorang bersandiwara mengasihi orang lain, mengharapkan timbal balik ataupun dengan niatan tertentu. Sebaliknya, kasih sejati tidak akan membuat seseorang mem-PHP orang lain. Ia akan mengasihi dengan tulus ikhlas. Kasih yang tidak mengharapkan imbalan apa pun selain hanya ingin melihat orang yang dikasihi mendapatkan kebahagiaan atau berkembang sesuai yang Tuhan kehendaki.
Saya ingin menggarisbawahi istilah “kasih persaudaraan” pada ayat di atas. Kasih adalah tindakan yang berobjek, dalam hal ini sesama saudara seiman. Tidak ada orang Kristen yang hanya mengasihi diri sendiri. Pertumbuhan iman tidak terjadi dalam isolasi dan berpusat diri sendiri. Itu sebabnya tidak ada ajaran Kristen yang menyarankan orang Kristen untuk menjadi pertapa. Pertumbuhan iman hanya terjadi dalam konteks persekutuan dengan sesama orang percaya. Iman dinyatakan dalam bentuk tindakan kasih yang melatih iman kita untuk semakin bertumbuh.
Rasul Petrus memberi penjelasan tentang dasar kasih sejati, yaitu sebagai umat yang kudus kita taat pada kebenaran. Ketaatan itu diwujudkan dalam bentuk tindakan mengasihi sesama dengan tulus. Istilah “tulus ikhlas” dalam bahasa aslinya berarti dengan sungguh-sungguh, sekuat-kuatnya, tak tanggung-tanggung. Bayangkan karet gelang yang ditarik sepanjang-panjangnya (tetapi tidak sampai putus). Petrus mengatakan agar kita berdaya upaya sekuat-kuatnya dalam menyatakan kasih kepada sesama. Jadi, bukan saja kasih itu keluar dari hati yang murni, tetapi pengorbanannya juga harus nyata bahkan benar-benar berkorban.
Oleh karena itu, seorang Kristen tidak bisa mengasihi dengan setengah hati, apalagi mem-PHP orang lain. Tidak ada ruang bagi orang Kristen mengasihi seadanya, semau-maunya, serelanya. “Ah, ia bukan siapa-siapa saya. Mengapa saya harus capek-capek mengasihinya?” Sebaliknya, seorang murid Kristus harus mengasihi dari dasar hati yang tulus dan disertai pengorbanan yang nyata. Bukankah Tuhan Yesus sudah memberi teladan dengan kasih yang total sampai mengorbankan nyawa-Nya?
Refleksi Diri:
- Mengapa orang Kristen harus mengasihi sesamanya?
- Bagaimana Anda bisa mengasihi dengan tulus ikhlas sesuai penjelasan di atas?