Goliat Itu Masalah Kecil
1 Samuel 17:31-47
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
- 1 Samuel 17:45
Kisah Daud dan Goliat sangat populer. Paling sering diceritakan di kelas-kelas sekolah Minggu. Ceritanya memang keren. Dalam renungan ini, saya ingin mengajak Anda memfokuskan diri pada dua tokoh. Bukan Daud dan Goliat, melainkan Saul dan Daud dalam hal bagaimana mereka memandang masalah dan cara menghadapinya.
Pertama, perspektif terhadap masalah. Saul memandang masalah dari perspektif aku—masalahku. Aku dan masalahku berhadapan langsung. Masalah dilihat apa adanya. Besar-kecilnya masalah sepenuhnya menjadi masalahku. Aku harus menghadapi sendirian masalahku. Tak heran Saul merasa ketakutan. Baginya, masa depan gelap, tak ada jalan keluar, dan nasib buruk tak terhindarkan. Berbeda dengan Daud, perspektifnya adalah aku—Allah—masalahku. “Aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam.” Antara aku dan masalahku ada Allah. Dalam kacamata Daud, masalah itu bukan apa adanya, tetapi siapa yang ada bersamanya menghadapi masalah. Ada Pribadi lain yang terlibat dalam masalah yang dihadapinya. Bagaimana cara Anda memandang suatu masalah? Seperti Saul atau Daud?
Kedua, perspektif tentang kekuatan. Bagi Saul, kehebatan seseorang ada pada kekuatan fisik, penampilan, “bungkus luar”. Ia memandang Goliat sebagai sosok monster yang menakutkan, tak terkalahkan, prajurit kawakan. Tak heran ia meragukan Daud, seorang bocah dan gembala yang sehari-harinya memegang tongkat. Memegang pedang pun mungkin ia tidak pernah apalagi berduel dengan prajurit kawakan. Bagi Saul, kekuatan atau kuasa itu identik dengan kekuatan atau kuasa lahiriah. Bagi Daud, kekuatan sejati tidak terletak pada kekuatan fisik, tetapi pada Allah. Meskipun secara fisik Daud tidak sebesar atau sekuat Goliat, ia tidak kehilangan kepercayaan diri sebab Daud percaya Tuhan yang menyertainya. Pada masa lampau Tuhan telah menyertai, pasti Dia akan menyertainya juga pada masa kini dan yang akan datang (ay. 37). Immanuel! Allah beserta kita.
Dari Daud, kita belajar tentang bagaimana menghadapi masalah dengan perspektif yang benar dan mengandalkan kekuatan dan penyertaan Tuhan. Tiada masalah yang tidak bisa diselesaikan, asalkan kita mengandalkan Tuhan Yesus, Dia pasti akan menyertai.
Refleksi Diri:
- Bagaimana perspektif dan cara Anda menghadapi masalah selama ini?
- Apa hal yang Anda pelajari dari perbedaan sikap Saul dan Daud dalam menghadapi masalah?