Hanya Karena Takut Mati
Bilangan 17
Tetapi orang Israel berkata kepada Musa: "Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan binasa." Bilangan 17:12
Bukan satu kali orang Israel bersungut-sungut. Konteks Bilangan 17 adalah penentangan mereka terhadap keimamam Harun (Bil. 16:11). Untuk membuktikan siapakah yang betul-betul imam pilihan Tuhan, maka Tuhan memerintahkan cara uji ini. Setiap pemimpin suku menyerahkan satu tongkat bertuliskan nama mereka. Tongkat orang pilihan Tuhan akan bertunas dan tongkat Harun-lah yang bertunas. Peristiwa ini menyadarkan orang Israel bahwa mereka bukan hanya melawan Musa dan Harun, tetapi juga melawan Allah yang hidup. Mereka menangis ketakutan sambil berseru, “Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan binasa. Siapa pun juga yang mendekat ke Kemah Suci TUHAN, niscayalah ia akan mati. Haruskah kami habis binasa?” (ay. 12-13).
Respons yang terungkap di dalam ayat 12-13 ini menarik untuk dibahas.
Respons ini patut diapresiasi. Mereka mengakui kesalahan mereka telah menentang keimaman Harun dan juga telah melawan Tuhan. Ungkapan “kami akan mati, kami akan binasa” adalah ungkapan takut akan Tuhan dan penghukuman-Nya. Namun, ketakutan itu hanya sebatas ketakut-an akan kematian akibat tulah dari Tuhan. Ketakutan itu tidak bertumbuh menjadi ketakutan untuk lebih mengasihi dan menghormati Tuhan. Buktinya Bilangan 20 dan 21 mencatat, mereka kembali bersungut-sungut. Tidak ada kemajuan rohani yang nyata. Pertobatannya hanya sesaat.
Pertobatan sesaat atau pertobatan palsu adalah pertobatan yang tidak berlanjut pada perubahan kehidupan. Orang bertobat hanya karena takut masuk neraka atau takut mendapat hukuman Tuhan. Seseorang yang selamat dari kecelakaan kapal terbang misalnya, bertobat karena takut mengalami musibah lagi. Namun, setelah sekian waktu hidupnya aman dan tenang, ia kembali kepada kehidupannya yang lama.
Pertobatan sejati tidak berhenti pada takut akan penghukuman. Pertobatan sejati harus berlanjut pada kerinduan bertumbuh di dalam pengenalan dan persekutuan dengan Tuhan Yesus. Pertobatan itu berlanjut di dalam kesetiaan menaati firman Tuhan. Ada transformasi kehidupan yang nyata (Rm. 12:2).
CIRI PERTOBATAN SEJATI ADALAH PERUBAHAN HIDUP YANG TOTAL.