Hasrat Dan Kemuliaan Tuhan
Pengkhotbah 2:4-6
dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
- Mazmur 37:4
Hasrat. Keinginan. Di mata berbagai agama di dunia, hal-hal ini dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Beberapa agama dan aliran filsafat mengajarkan bahwa kunci kebahagiaan adalah ketika kita tidak memiliki hasrat.
Bagaimana dengan kekristenan? Kekristenan mengimani bahwa hasrat dan keinginan bukanlah sesuatu yang buruk, selama berada dalam kadar yang semestinya dan apa yang kita inginkan tidak menggantikan posisi Tuhan di hati kita. Sebagai contoh, kita bisa melihat tentang masalah kemajuan teknologi. Apa yang menurut Anda menjadi pemicu kemajuan teknologi? Tidak lain dan tidak bukan adalah hasrat! Misalnya, hasrat untuk dapat berkomunikasi dengan mudah menghasilkan telepon, hasrat untuk tetap dapat beraktivitas meski dalam kegelapan malam menghasilkan lampu, dan lain sebagainya.
Pada bagian yang kita baca kemarin, hasrat Raja Salomo adalah untuk “mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia” (ay. 3). Jadi, yang Salomo lakukan adalah melakukan berbagai pekerjaan besar seperti arsitektur dan agrikultur. Sebuah pencapaian yang lahir dari hasrat Salomo. Melihat kisah hidup Salomo ini, apakah hasrat adalah hal yang salah? Tidak! Hasrat ibarat anjing peliharaan yang kita ajak jalan-jalan. Di satu sisi, jika kita menuntunnya dengan benar maka ia akan menjadi penyemangat, misalnya saat jalan-jalan pagi. Namun, jika kita membiarkan anjing peliharaan tersebut mengontrol hidup kita maka kita pun bisa tersesat.
Kita masing-masing memiliki hasrat, entah untuk membuat keluarga yang kita kasihi bahagia, untuk belajar sains lebih dalam sehingga mengenal ciptaan Allah, untuk menghasilkan suatu produk berkualitas yang dapat dinikmati orang, untuk menjadi content creator yang menyajikan pengajaran Firman Tuhan yang baik, untuk menghasilkan karya seni yang dapat menggugah dan mengubah orang, dan lain sebagainya. Semua ini adalah hasrat yang baik dan kendaraan bagi Tuhan yang memotivasi kita untuk memuliakan-Nya dalam pekerjaan kita. Ketika Anda bekerja tanpa hasrat, apatis, tidak bersemangat, dan malas-malasan, Anda justru sedang tidak memuliakan Tuhan.
Jadi, marilah meminta kepada Tuhan untuk memberikan kita hasrat supaya tetap bersemangat. Namun ingat, perlu diimbangi dengan membiarkan Tuhan yang menundukkan hasrat tersebut bagi kemuliaan-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda memiliki sebuah hasrat dalam menjalankan profesi/pekerjaan Anda sekarang? Atau Anda justru menjalani pekerjaan dengan apatis?
- Bagaimana cara Anda menumbuhkan dan mengarahkan hasrat tersebut untuk kemuliaan Tuhan?