Hati yang berbelas kasihan
Lukas 10:25-37
Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
- Lukas 10:37
Ayat 37 ini menjadi kesimpulan dari perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang murah hati. Orang yang “mengasihi sesama” adalah orang menunjukkan belas kasihan kepada orang yang membutuhkan. Tuhan meminta kita untuk menjadi orang yang sama dengan orang Samaria ini. Melakukan kebaikan tanpa memandang siapa orang yang ditolong.
Jujur saja, sering kali kita melakukan kebaikan dengan melihat orang, siapa dia menurut kita. Kita lebih memperhatikan orang yang setingkat dengan kita. Apakah sama profesinya, statusnya, sukunya, dan sebagainya. Apakah Yesus menginginkan demikian? Tentu tidak, Tuhan ingin kita melakukan sama seperti yang orang Samaria ini lakukan. Yesus berkata, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Ciri orang yang tidak memiliki hati berbelas kasihan adalah ia berjalan terus (tidak acuh) saat ada orang yang membutuhkan pertolongan. Inilah yang dilakukan oleh imam dan orang Lewi di dalam perumpamaan ini. Demi menjaga ketahiran tubuh, mereka tega meninggalkan orang yang dirampok dengan berjalan terus atau “melewatinya” (ay. 31-32).
Kunci dari perenungan kita hari ini adalah kata “melewati”. Seringkali kita juga bisa menjadi orang yang tidak memiliki belas kasihan karena “melewati” mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Entah itu teman, tetangga, orang yang tidak kita kenal atau siapa pun yang membutuhkan pertolongan kita. Satu kalimat yang pernah saya baca berbunyi demikian: “Dosa besar yang dilakukan manusia bukanlah karena membenci orang lain, tetapi karena tidak memiliki perasaan (belas kasihan) terhadap orang lain”.
Bagaimana kita bisa belajar memiliki belas kasihan terhadap orang lain? Pertama, belajar peka terhadap kebutuhan orang lain. Kedua, do something, lakukan sesuatu. Kita tidak bisa hanya menunggu saja. Itu tidaklah cukup. Hati yang berbelas kasihan harus dibuktikan dengan suatu aksi. Semakin sering kita melakukan yang baik dan peduli terhadap orang yang miskin dan lemah, maka kita semakin menjadi orang yang berbelas kasihan. Jangan tunda untuk menolong kalau Tuhan mengizinkan kita bertemu dengan orang yang perlu dibantu.
Refleksi Diri:
- Siapkah Anda menerapkan belas kasihan terhadap semua orang yang membutuhkan tanpa memandang status?
- Apakah Anda pernah “melewatkan” kesempatan yang Tuhan berikan untuk menolong orang? Bagaimana perasaan Anda saat itu?