Hidup Di Tangan Tuhan
Kejadian 50:15-21
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
- Kejadian 50:20
Pernyataan pada ayat di atas diekspresikan oleh Yusuf kepada saudara-saudaranya yang telah membuang dirinya, menjualnya sebagai budak, dan mengatakan bahwa ia telah mati kepada ayahnya, yaitu Yakub. Siapa pun yang mengalami pengalaman seperti Yusuf akan dipenuhi oleh sakit hati dan kemarahan yang mendalam. Jauh lebih menyakitkan karena yang melakukannya adalah saudara-saudaranya sendiri. Sebagai dampaknya, selama sekitar tiga belas tahun Yusuf harus hidup dengan penuh penderitaan sebelum akhirnya Tuhan membuatnya menjadi raja muda di Mesir.
Setelah Yakub meninggal, saudara-saudara Yusuf ketakutan dan berpikir bahwa inilah saatnya Yusuf akan membalas dendam atas segala kejahatan yang mereka lakukan (ay. 15). Mereka meminta Yusuf untuk tidak membunuh mereka dan bersujud agar mereka dijadikan budak saja olehnya. Yusuf menenangkan mereka dan mengatakan pernyataan di ayat 20 itu.
Apa yang bisa dipelajari dari peristiwa ini? Yusuf tidak menyangkali apa yang telah dilakukan oleh saudara-saudaranya. Namun, ia juga menyatakan bahwa Allah berkuasa menjadikan apa yang jahat untuk suatu kebaikan. Ini berarti orang Kristen perlu meyakini bahwa Allah berkuasa atas hidup kita. Apa pun yang dilakukan oleh orang jahat kepada kita, Allah bisa mengubahnya menjadi kebaikan. Ini juga berarti bahwa hidup kita tidak berada di tangan siapa-siapa, tapi di tangan Tuhan.
Yusuf beriman hidupnya ada di tangan Tuhan. Karena itu ia bisa berbicara kepada saudara-saudara dengan penuh belas kasihan. Seringkali masalah kita dalam mengasihi dan melepaskan pengampunan atas kepahitan kita terhadap orang lain adalah karena kita tidak sepenuhnya percaya bahwa Allah memegang kendali hidup kita. Yusuf tidak cuma mampu bicara dengan baik. Ia membuktikan kasihnya dengan mengatakan di ayat selanjutnya bahwa ia akan menanggung kehidupan saudara-saudaranya dan keluarga mereka (ay. 21).
Kita hanya bisa memberikan apa yang kita miliki. Ketika kita memiliki kasih yang berasal dari sumber yang tidak terbatas, yaitu Kristus Yesus, kita pun bisa memberikannya lagi dengan murah hati. Yusuf telah membuktikannya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sedang mengalami kemarahan atau kepahitan akibat perbuatan jahat yang dilakukan orang lain?
- Yakinkah Anda bahwa Tuhan Yesus bisa mengubahnya menjadi kebaikan, serta Dia akan menolong dan memelihara hidup Anda?