Hitung Berkat Satu Per Satu?
Pengkhotbah 2:24-25; 6:1-2
Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah.
- Pengkhotbah 2:24
Tahukah Anda salah satu hukuman Tuhan yang paling mengerikan di seluruh Perjanjian Lama? Hukuman itu adalah dapat makan, tetapi tidak menjadi kenyang (Im. 26:26; Yes. 9:19; Hos. 4:10; Mi. 6:14; Hag. 1:6). Perhatikan bahwa Tuhan tidak menghukum orang-orang tersebut dengan kekurangan yang begitu hebat, sampai-sampai tidak bisa makan. Cara Tuhan menghukum adalah membiarkan saja mereka makan, tetapi mereka tidak akan kenyang. Dengan kata lain, Tuhan menghukum dengan tidak membiarkan mereka dapat menikmati hal-hal tersebut. Inilah yang Salomo gambarkan dalam Pengkhotbah 6:2. Diberi kelimpahan, tetapi tidak diberi kenikmatan.
Sebuah himne mengajak kita untuk “hitung berkat satu per satu”. Himne ini benar adanya, tetapi coba pikirkan apa yang biasa menjadi jawaban kita: “Aku punya uang”, “aku punya orang-orang yang aku sayangi di sekitarku”, “makan pagiku enak”, “aku sehat”, “aku bisa bernapas”. Tentu semua jawaban ini adalah berkat Tuhan. Namun, apakah ada di antara kita yang menyadari dan bersyukur dapat menikmati semua berkat Tuhan tersebut? Sebab, apa gunanya punya uang jika tidak bisa menggunakan? Apa gunanya kehadiran orang-orang yang disayangi jika selalu diisi dengan konflik atau dinginnya komunikasi? Apa gunanya makan pagi yang enak kalau merasa bosan tidak nafsu makan? Apa gunanya kesehatan dan napas yang diberikan Tuhan, jika kita menapaki hidup keseharian dengan lesu, tanpa semangat, bahkan perasaan ingin mengakhiri hidup?
Di dalam doa pun, kita harus lebih berhati-hati. Berdoa, “Tuhan, aku ingin ini dan itu yang tidak aku miliki” memang tidak salah (setidaknya lebih baik daripada tidak berdoa sama sekali). Namun, ada baiknya kita mengubah doa kita, “Tuhan, biarlah aku bisa menikmati ini dan itu yang aku telah miliki.” Niscaya Tuhan akan menjawab doa kita karena bahkan sedikit harta, anak perantauan yang seorang diri di negeri orang, semangkuk mi instan sebagai sarapan atau tubuh yang kurang fit pun dapat mendatangkan syukur bagi beberapa orang.
Bisa makan, minum, dan bersenang-senang adalah anugerah. Bukankah mukjizat Tuhan Yesus yang paling pertama adalah mengubah air jadi anggur?
Refleksi Diri:
- Apa berkat yang paling Anda nikmati dari Tuhan? Makanan? Jalan-jalan? Liburan ke luar negeri? Waktu bersama keluarga? Kapan terakhir Anda melakukannya?
- Bagaimana kehidupan doa Anda? Pernahkan Anda meminta Tuhan memberi Anda kesadaran untuk menikmati berkat-berkat-Nya dan bukan sekadar meminta berkat lebih dan lebih?