Ibadah Yang Dikehendaki Tuhan
Yakobus 1:19-27
Jika ada seseorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
- Yakobus 1:26
Pada awal semester tahun 2020, gereja-gereja di dunia termasuk di Indonesia terpaksa mengadakan kebaktian online karena pandemi. Jemaat tidak dapat beribadah di gedung gereja, tetapi dari rumah. Ada banyak kemudahan melakukan ibadah online, seperti seseorang bisa beribadah 2-3 kali sehari. Namun saat mengikuti ibadah demi ibadah, seseorang cenderung menilai ibadah hanya ritual semata. Padahal ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan. Ritual ibadah memang diikuti dengan tekun, tapi hidupnya bertolak belakang dengan firman yang disampaikan dalam ibadah.
Yakobus menyoroti kaitan antara ibadah dan lidah. Lidah seperti kemudi kapal yang dapat mengendalikan kapal yang besar. Lidah kecil, tetapi dapat memegahkan perkara-perkara besar. Seseorang harus dapat mengekang lidahnya sendiri karena bila tidak, lidah dapat membuat pemilik dan bahkan orang lain jatuh ke dalam dosa. Orang Kristen yang melakukan ibadah tapi sebatas pendengar se- mata, bukan pelaku firman akan memiliki dua konsekuensi: (1) Ia menipu dirinya sendiri. Ia melakukannya bisa secara tidak sadar atau memang sengaja dilakukan. Ini memprihatinkan sebab ia merasa dirinya baik sehingga sulit berubah. (2) Ibadahnya sia-sia. Ritual ibadah yang diikutinya tidak ada faedahnya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang percaya? (1) Jadilah pelaku firman, bukan hanya pendengar. Contoh pelaku firman, mengunjungi dan memperhatikan yatim piatu dan janda-janda yang dalam kesusahan, seperti perintah dalam Alkitab (Kis. 6:1-6; 1Tim. 5:3-16). (2) Milikilah ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Tuhan. Ibadah harus dimulai dari hati yang sungguh-sungguh. Fisik bisa hadir dalam ritual tetapi hati belum tentu berada di dalam ibadah. (3) Menjaga diri agar tidak dicemarkan oleh dunia. Dunia menawarkan kenikmatan sementara yang menggoda anak Tuhan jatuh ke dalam dosa. Manusia lemah, penting bagi seseorang untuk mawas diri dan berhati-hati.
Siapkan hati Anda seperti tanah yang subur saat firman Tuhan ditaburkan sehingga firman yang Anda dengar tidaklah kering dan layu melainkan berakar dalam hati dan berbuah melalui perbuatan, tindakan, maupun perkataan.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sudah menjadi pelaku firman atau hanya sekadar pendengar?
- Bagaimana usaha nyata yang akan Anda lakukan agar ibadah Anda diperkenan di hadapan Tuhan Yesus?