Bagikan artikel ini :

Iman Sejati Tidak Membedakan Orang

Yakobus 2:1-4

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
- Yakobus 2:1

Kita pasti mempunyai seorang teman atau mungkin sahabat dalam hidup. Memang tidak semua orang bisa kita terima sebagai teman, kita tentu akan memilihnya. Apa alasan berteman dengannya? Mengapa kita mau menjadikannya sahabat? Tentu jawabannya beragam. Namun, umumnya karena teman/sahabat kita itu memiliki banyak kesamaan atau bisa memahami kita apa adanya.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan agar sebagai orang Kristen kita tidak boleh mempraktikkan iman dengan memandang muka. Memandang muka berarti menjadikan hal-hal lahiriah sebagai dasar penilaian dalam berelasi atau bersikap terhadap orang lain.

Surat Yakobus memberikan contoh iman yang memandang muka melalui sebuah cerita. Seorang kaya datang ke sebuah pertemuan. Ia mengenakan pakaian yang mahal berhiaskan perhiasan mewah. Iman yang memandang muka akan menyambut orang kaya tersebut dengan istimewa, serta memperlakukannya dengan sangat baik.

Sebaliknya, ketika seorang miskin datang ke sebuah pertemuan, ia diperlakukan seadanya, bahkan cenderung direndahkan (dalam kisah ini diceritakan orang miskin tersebut disuruh berdiri atau duduk di lantai). Terjadi perbedaan sikap dalam menyambut keduanya.

Iman sejati adalah iman yang tidak memandang muka. Ia tidak membeda-bedakan sesama karena berbagai faktor lahiriah. Iman sejati mempersatukan dan memandang sesama sebagai saudara di dalam Tuhan karena karya Kristus di atas kayu salib menghancurkan segala perbedaan yang ada. Rasul Paulus pernah berkata, “Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28).

Kita semua sama di hadapan Tuhan. Sama-sama mendapatkan anugerah keselamatan dari Kristus. Sama-sama telah diadopsi dan menjadi anak-anak Allah. Sama-sama telah menjadi satu keluarga dan saudara di dalam Kristus. Kiranya melalui firman Tuhan hari ini, kita menyadari identitas kita di dalam Tuhan dan belajar untuk memperlakukan semua orang tanpa perbedaan karena kita adalah satu di dalam Tuhan. Iman sejati tidak membedakan orang.


Refleksi Diri:

  • Apa pertimbangan-pertimbangan yang seringkali menjadi dasar pertemanan atau persahabatan Anda?
  • Apa langkah konkrit yang bisa Anda lakukan untuk mempraktikkan iman yang tidak membedakan orang?