Iman yang kolaps
Mazmur 28:1-9
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
- Roma 8:35, 37
Apa yang paling mudah meruntuhkan iman orang Kristen (iman yang kolaps) sehingga menjadi tawar hati? Tentu bukan saat hidup dalam kelancaran dan kesuksesan, melainkan saat menghadapi “api ujian” kesulitan dan penderitaan hidup. Setiap kita pasti pernah melewati “padang gurun” gersang kehidupan di mana seruan dan tangis kita di hadapan Tuhan, seolah-olah tidak menggetarkan hati-Nya. Beban hidup semakin membungkukkan badan dan kita mulai kehilangan kekuatan untuk bertahan, lalu bertanya, “Di manakah Engkau, ya Tuhan?”
Daud, seorang yang tidak perlu diragukan lagi iman dan kedekatannya dengan Tuhan. Ia pun pernah mengalami iman yang kolaps. Ia berseru kepada Tuhan, “Janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke liang kubur.” (ay. 1). Seorang percaya yang setia terkadang bisa mengalami iman yang lemah. Imannya drop ke level terendah saat berbagai tantangan, masalah, dan kesesakan datang bertubi-tubi. Ketika merasa Tuhan tidak peduli dengan tangisan dan air mata, serta merasa Allah tidak mendengarkan doanya (ay. 1-3). Namun akhirnya, Daud berhasil keluar dari iman yang kolaps. Ia terus setia berdoa dan mendekat kepada-Nya. Ia bangkit dan bersyukur atas dikabulkannya permohonannya (ay. 6-9). Apa pun cobaan, tantangan dan kesulitan kita, selama kita terus menghampiri Tuhan melalui Kristus (Ibr. 4:16; 7:25) maka Dia akan menanggapi dan menolong kita sebagaimana seorang
gembala memelihara domba-dombanya (Yes. 40:11).
Ketika Anda mengalami iman yang kolaps, jangan pernah berputus asa dan menyerah! Jangan berhenti membaca Alkitab dan berdoa. Ketika doa dipanjatkan, kekuatan Tuhan turun memulihkan iman yang lemah. Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar goyah. Tuhan hanya berdiam diri sejenak untuk membuat kita mengerti bahwa kasih dan kesetiaan kita bagaikan butir pasir di pantai yang mudah terhempas oleh ombak. Namun, kasih dan kesetiaan Tuhan bagaikan matahari yang selalu bersinar kembali menghalau gelapnya malam. Paulus berkata bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus karena Dia yang menjadi Pembela kita.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sedang mengalami iman yang kolaps, merasa sendirian dalam menghadapi masalah dan pergumulan?
- Apa yang Anda akan lakukan untuk bangkit kembali dari iman yang kolaps?