Iman Yang Tak Goyah
Daniel 3:13-27
tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.
- Daniel 3:18
Sering kita temui, orang Kristen yang iman percayanya kepada Tuhan bergantung pada situasi. Jika situasi baik–tubuh sehat, usaha lancar, dan keluarga rukun–orang tersebut setia dan percaya kepada Tuhan. Namun saat diperhadapkan pada penderitaan, imannya goyah. Tidak heran, beberapa di antara mereka menyatakan diri tidak lagi percaya Kristus karena penderitaan yang dihadapi terasa begitu berat dan Tuhan sepertinya tidak menolong mereka.
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sedang menghadapi situasi berbahaya. Nyawa mereka terancam. Di hadapan mereka berdiri perapian menyala-nyala yang sangking panasnya sampai membakar orang-orang yang membawa mereka. Mereka dimasukkan ke perapian oleh Raja Nebukadnezar karena tidak mau menyembah patung emas buatan raja. Mereka memilih setia kepada Allah. Meskipun Tuhan tidak melepaskan dari api yang menyala-nyala, mereka tetap percaya Tuhan. Inilah iman sejati.
Kita tentu tidak sampai diperhadapkan pada perapian atau hukuman yang mengancam jiwa. Namun, kita tetap bisa meneladani iman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, yaitu iman yang bukan bergantung pada situasi. Apa pun situasi yang dihadapi, mereka tetap sungguh-sungguh kepada Allah.
Kita juga bisa mengingat kisah Ayub, seorang yang diizinkan Tuhan mengalami penderitaan luar biasa. Semua yang dimiliki Ayub lenyap seketika termasuk semua anaknya. Siapa yang tidak tergoncang jiwa dan imannya ketika menghadapi situasi seperti ini? Namun, ternyata Ayub menghadapi semua dengan kuat dan tetap setia kepada Tuhan. Ayub sanggup berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ay. 2:10).
Saudaraku, janganlah iman kita goyah oleh karena pergumulan hidup. Justru melalui pergumulan hidup, kuasa Tuhan Yesus nyata dalam hidup kita. Jika hidup terus-menerus mulus seperti jalan tol, justru membuat kita tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada Allah melainkan kepada diri sendiri. Jika Tuhan mengizinkan masalah terjadi dalam hidup, hadapilah bersama dengan Yesus. Percaya penuh bahwa semua yang terjadi adalah demi kebaikan kita, anak-anak Tuhan yang mengasihinya (Rm. 8:28).
Refleksi Diri:
- Apa situasi hidup yang pernah membuat iman Anda goyah? Bagaimana rasa percaya Anda kepada Tuhan saat itu?
- Bagaimana Anda akan menumbuhkan iman percaya agar lebih teguh dalam menghadapi pergumulan hidup?