Imanuel, Allah Yang Menyertai
Matius 1:18-25
“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.
- Matius 1:23
Sebagai seorang pria baik-baik, Yusuf bermaksud menceraikan Maria, tunangannya, karena ternyata ia sudah hamil. Yusuf berpikir Maria sudah tidak setia kepadanya. Namun, malaikat berbicara kepada Yusuf dan menyatakan bahwa Maria mengandung oleh Roh Kudus. Malaikat juga mengatakan mereka harus menamai bayi laki-laki yang dikandung dengan sebutan “Imanuel” yang berarti Allah menyertai kita. Alkitab tidak pernah mencatat baik Yusuf, Maria, atau siapa pun, memanggil Yesus dengan sebutan “Imanuel”, karena sebutan ini lebih merupakan sebuah titel atau deskripsi mengenai siapakah Dia.
Ada dua kebenaran dari nama Imanuel. Pertama, Yesus adalah Allah. Orang Yahudi menganggap Yesus menista agama Yahudi ketika Dia menyatakan dirinya “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30). Orang Yahudi langsung mengambil batu untuk melempari Yesus. Mereka mengerti maksud perkataan Yesus, yaitu sebuah pernyataan diri-Nya adalah Allah. Yesus adalah Allah yang berinkarnasi untuk menyertai umat-Nya.
Kedua, Yesus adalah Allah yang berada bersama kita. Dia tidak hanya Allah yang Mahabesar, tapi juga Allah yang Mahahadir di dalam kehidupan kita sehari- hari. Yesus mengerti segala sesuatu yang kita rasakan dan alami karena Dia adalah Allah, tapi juga manusia. Yesus tidak hanya hadir di dalam keselamatan yang kita dapatkan, tapi juga di dalam berbagai pencobaan yang kita hadapi, di dalam pelayanan yang kita lakukan, serta di dalam kesedihan yang kita derita.
Yesus berada bersama kita tidak hanya di dunia yang fana, tapi juga di dalam kekekalan. Ketika Rasul Yohanes melihat kota yang Suci turun dari sorga, ia mendengar suara nyaring dari takhta yang berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” (Why. 21:3).
Bersyukurlah karena kita memiliki Tuhan seperti Yesus. Dia tetap akan menjadi Imanuel, yaitu Allah yang senantiasa menyertai kita di dunia saat melewati liku-liku kehidupan serta di akhirat saat kita akan kembali ke pangkuan Bapa di Sorga.
Refleksi Diri:
- Sejauh apakah Anda menyadari kehadiran Allah yang selalu menyertai Anda?
- Apa yang perlu Anda lakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah di dalam hidup Anda?