Jadilah Penolong Bukan Perongrong!
Ayub 2:1-13
Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!”
- Ayub 2:9
Kita tentu pernah mendengar kisah tentang suami atau istri yang meninggalkan pasangannya justru saat kehadiran mereka paling dibutuhkan. Seorang suami menelantarkan istrinya ketika sang istri divonis sakit tertentu. Atau seorang istri yang meninggalkan suaminya saat bisnis sang suami bangkrut. Kisah-kisah seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. Ketika pasangan sehat dan produktif, karier naik, bisnis lancar, dapat diandalkan secara materi, maka banyak pasangan yang sepertinya hidup saling mencintai dan harmonis sekali.
Namun ketika hal sebaliknya terjadi, kasih dan kesetiaan pasangan sungguh diuji. Istri Ayub gagal dalam ujian ini. Ayub adalah seorang yang saleh dan takut akan Tuhan. Ia punya tujuh putra dan tiga putri, dan semuanya hidup rukun (Ayb. 1:2, 4). Hartanya melimpah.
Namun, semua itu musnah dalam sekejap ketika pasukan musuh merampas segalanya. Bencana tiba-tiba menerpa yang membuat Ayub kehilangan segala miliknya, termasuk anak-anaknya. Bahkan Ayub mengalami penyakit yang mengerikan dan menjijikkan. Dalam situasi yang demikian istrinya bangkit tetapi bukan untuk menopang atau menguatkan Ayub melainkan justru merongrongnya. Istri Ayub mendesak Ayub untuk meninggalkan hidupnya yang saleh, mengutuki Allah, dan mati saja. Padahal sebagai orang yang paling dekat dengan Ayub, seharusnya ia berperan menjadi penolong yang sepadan buat suaminya (Kej. 2:18). Syukurlah Ayub tetap teguh dalam imannya.
Bercermin dari kegagalan istri Ayub, hendaklah jangan menjadi perongrong bagi pasangan kita, melainkan penolong di saat orang yang kita kasihi paling memerlukan kehadiran kita. Hal ini berlaku bagi seorang istri dan juga sebaliknya, suami terhadap istrinya. Dalam segala situasi hidup, baik itu suka dan duka, sehat dan sakit atau kaya dan miskin, ingatlah selalu pesan Kristus yang disampaikan melalui hamba-Nya Rasul Paulus, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya...” (Ef. 5:25-26). Demikian pula berlaku sebaliknya istri terhadap suaminya. Amin.
Refleksi diri:
- Apakah Anda sudah menjadi seorang penolong ataukah perongrong bagi pasangan Anda selama ini?
- Langkah konkrit apa yang Anda lakukan untuk menjadi penolong bagi pasangan Anda?