Jalan Menuju Kemurnian Iman
1 Petrus 1:3-7
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
- 1 Petrus 1:3
Manusia senang menerima yang baik-baik. Kalau dihadapkan pada yang buruk, ia pasti menolak dan marah. Seperti itulah sikap istri Ayub. Namun, Ayub menjawab istrinya dengan mengatakan, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayb. 2:10). Jalan pikiran isteri Ayub adalah jalan pikiran banyak orang, yaitu tujuan kita percaya Tuhan adalah agar hidup diberkati, khususnya berkat fisik. Jika kehidupan kita secara jasmani tidak tambah baik setelah percaya Tuhan Yesus, maka apa gunanya percaya Yesus?
Ternyata setelah percaya Yesus, kita tetap mengalami penderitaan bahkan mungkin lebih berat. Jadi apakah berarti sia-sia kita percaya? Rasul Petrus mengatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” (ay. 6). Sekalipun saat ini kita menderita, tetapi bergembiralah akan hal itu. Kok bisa? Apa alasan kita bisa bergembira? Jawabannya ada pada 1 Petrus 1:3,4 “... suatu hidup yang penuh pengharapan, ... suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.” Kita dijanjikan hidup yang kekal. Itu tujuan iman kita, tujuan kita percaya.
Oleh karena itu, sekalipun sekarang kita menderita, janganlah kecewa dan menganggap percaya Tuhan Yesus itu sia-sia. Sampai berjumpa Tuhan nanti, kita akan menjalani penderitaan sebagai adalah jalan menuju kemurnian iman. “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, ...” (ay. 7a). Tanpa penderitaan, tidak akan muncul iman yang murni. Ketika menderita, saat itulah Allah menguji iman kita. Hasilnya akan tampak, apakah kita lebih mengasihi Tuhan atau mengasihi berkat Tuhan. Jika kita bersikap seperti istri Ayub yang hanya menginginkan berkat Tuhan maka kita gagal.
Mari saudaraku, kalau saat ini Anda sedang menghadapi penderitaan, yakinlah dan berpeganglah erat kepada tangan Yesus. Mungkin penderitaan diizinkan terjadi supaya iman Anda kepada-Nya semakin kuat dan bertumbuh.
Refleksi Diri:
- Apa penderitaan yang pernah Anda alami yang menguji iman Anda? Bagaimana Anda mampu melewatinya?
- Apakah Anda merasa melalui penderitaan tersebut iman Anda semakin dimurnikan?