Jangan Takut, Jangan Diam
Kisah Para Rasul 18:1-11
Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!
- Kisah Para Rasul 18:9
Salah satu penghalang orang percaya untuk menginjili adalah takut. Takut memang manusiawi. Kita takut mungkin karena bahaya yang mengancam di depan mata, misalnya, kebakaran di dekat rumah atau topan menerpa kota kita. Semua orang bisa merasakan takut karena manusia adalah makhluk ciptaan yang terbatas kekuatan dan pengetahuannya. Orang percaya juga dapat menjadi takut. Pengalaman ini tak terbatas kepada orang Kristen biasa, bahkan seorang rasul pun, seperti Paulus dapat dihinggapi ketakutan.
Paulus takut karena bahaya mengancam saat mengabarkan Injil di kota Korintus. Ini bukan pertama kalinya bahaya mengancam. Sebelumnya ia dan rekan-rekannya telah mengabarkan Injil di Asia Kecil dan sekarang ada di daratan Eropa. Mereka telah menjelajahi kota-kota di Makedonia, yaitu Filipi, Tesalonika, Berea, dan Atena. Di sana mereka mengalami penganiayaan dan banyak kesulitan. Ia dan Silas dipenjarakan di Filipi. Orang-orang Yahudi yang iri hati membuat rusuh, sehingga mereka terusir dari Tesalonika. Di Berea mereka disambut hangat, tetapi begitu dingin di Atena. Sekarang mereka di Korintus dan orang-orang Yahudi mulai menentang Paulus. Ada ketakutan dalam diri Paulus bahwa apa yang terjadi pada mereka di Filipi dan Tesalonika dapat terulang di kota ini sehingga mereka akan terusir lagi ke kota lain.
Tuhan menyatakan diri-Nya dan menguatkan Paulus agar tidak perlu takut dan jangan diam, tetapi harus terus memberitakan Injil. Ada dua janji Tuhan. (1) Ada pemeliharaan Tuhan. Tidak ada yang dapat menjamah dan menyakiti Paulus tanpa seizin Tuhan. (2) Tuhan telah menyediakan umat-Nya di kota Korintus.
Kedua janji tersebut menyatakan kedaulatan Allah dalam hidup kita dan dalam penginjilan. (1) Kita dapat terus memberitakan Injil karena pintu Injil dibukakan oleh Allah sendiri. Dia akan selalu menjaga kita dari segala mara bahaya dan penganiayaan. (2) Efektitifas Injil tidak tergantung pada usaha manusia, tetapi oleh Allah sendiri yang memilih umat-Nya dalam kekekalan.
Saudaraku, Injil yang Anda saksikan tidak akan menjadi sia-sia karena Allah telah dan terus bekerja bersama dengan kita saat kita mengabarkan Injil-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah yang membuat Anda takut menginjili? Mengapa?
- Sudahkah Anda membawa ketakutan Anda kepada Tuhan sehingga berani untuk memberitakan Injil?