Bagikan artikel ini :

Jangan Tunggu Waktu Sempurna

Pengkhotbah 11:1-6

Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.
- Pengkhotbah 11:4

Seorang pemuda ingin memulai sebuah usaha. Sayangnya, ia tidak pernah memulai apa pun karena terlalu banyak pertimbangan. Ia takut kalau nanti usahanya gagal. Kita memang perlu pertimbangan-pertimbangan untuk melakukan hal-hal penting, tetapi terus menerus menunggu waktu sempurna, tidak akan ada hal yang kita lakukan pada akhirnya.

Pengkhotbah mengatakan, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (ay. 4). Petani memang perlu memperhatikan cuaca untuk ia menabur dan menuai. Namun, jika pekerjaan seharihari dari petani hanya memperhatikan cuaca, menunggu terus waktu yang sempurna maka akan banyak kesempatan yang dilewatkan olehnya. Perhatiannya juga teralihkan dari apa yang seharusnya ia kerjakan. Kita diingatkan agar jangan menunggu situasi sempurna untuk mulai berkarya karena tidak pernah ada waktu yang benar-benar sempurna.

Jika kita melihat kehidupan Yusuf yang menderita selama tiga belas tahun, banyak masa di dalam hidupnya tidaklah sempurna. Tetapi di dalam situasi-situasi yang sulit, jauh dari kondisi ideal, ia tetap bisa melakukan yang terbaik, bekerja sebagai budak yang berintegritas. Bahkan saat dipenjara pun ia tetap bisa melakukan yang baik.

Apakah Tuhan Yesus datang ke dunia dalam situasi paling ideal? Sebenarnya tidak ada situasi paling ideal di dalam dunia selama ada dosa karena dunia sudah tidak berjalan dengan benar. Yesus hadir di tengah situasi yang jauh dari ideal. Yang Mahakudus hadir ke dalam dunia yang tidak kudus. Kehadiran Yesus justru mengubahkan situasi tersebut.

Menyambung apa yang Pengkhotbah katakan di ayat 6, “Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.” Ia bukan sedang mengajarkan kita untuk gila kerja atau melakukan apa pun tanpa tujuan, seperti orang membawa senapan mesin lalu menembak acak sasaran, siapa tahu ada satu dua yang kena. Ini adalah nasihat untuk kita hidup dengan rajin, kreatif, mencoba sesuatu yang baru, sekalipun kita juga mengerti segala usaha tersebut bisa berhasil atau gagal. Semuanya tentu saja tidak boleh dilepaskan dengan iman kita, yaitu mempercayakan segalanya kepada Tuhan.


Refleksi Diri:

  • Apa faktor-faktor yang sering membuat Anda takut untuk memulai sesuatu?
  • Apa yang saat ini mau Anda lakukan untuk kemuliaan Tuhan?