Kalau… kalau… kalau...
Kejadian 37:1-11
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
- Kejadian 50:20
Suatu hari, seorang anak muda dalam pergumulannya ngedumel demikian, “Kenapa yah hidup seperti ini? Kalo saja dulu papah ngga ninggalin kami, pasti saya bisa sekolah tinggi. Kalo saya sekolah tinggi, saya bisa dapat kerjaan yang lebih baik. Kalo saja saya punya pekerjaan yang lebih baik, saya pasti lebih mudah berkeluarga.” Kita bisa menyesali hidup di hari ini sebagai efek domino dari hidup di masa lalu. Kita sering berandai-andai dalam hidup ini “kalau…kalau…, dan kalau…”
Hidup yang Yusuf jalani bukanlah hidup yang mudah. Ia bisa merasa tidak puas dengan kehidupannya. Namun, cobalah melihat keseluruhan hidup Yusuf, sambil memakai permainan seandainya, dengan kata “kalau”: kalau Yusuf tidak dibenci saudara-saudaranya, ia pasti tidak akan dijual menjadi budak; kalau Yusuf tidak dijual jadi budak, ia tidak akan masuk penjara; kalau Yusuf tidak masuk penjara, ia tidak akan bertemu juru minuman Firaun; kalau Yusuf tidak bertemu juru minuman Firaun, ia tidak akan menafsirkan mimpi Firaun; kalau Yusuf tidak menafsirkan mimpi, ia tidak akan diangkat jadi tangan kanan Firaun; kalau Yusuf tidak diangkat jadi tangan kanan Firaun, bencana kelaparan akan memusnahkan Israel; kalau Israel musnah, maka nubuatan tentang Mesias menjadi gagal; kalau Mesias tidak datang, kita semua tidak akan diselamatkan.
Mungkin ada di antara kita hari ini bisa berkata “kalau dulu saya tidak bangkrut, mungkin saya tidak akan kembali kepada Tuhan”; “kalau anak saya tidak lahir autis, mungkin hari ini saya tidak bisa menolong orangtua yang anaknya menderita hal yang sama”; “kalau saya waktu itu meninggalkan istri saya yang selingkuh, saya pasti sudah kehilangan seluruh keluarga saya”; “kalau saya tidak mengalami penyakit kronis ini, mungkin tidak banyak orang yang bisa mengerti kasih Kristus melalui saya.”
Yuk, lihatlah perandaian itu dari perspektif Allah, bukannya perspektif kita. Allah sungguh merancangkan yang indah bagi kita, supaya umat-Nya bisa kembali melihat Dia di tengah pergumulan yang paling berat sekalipun. Banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, tetapi percayalah bahwa Dia memegang kendali hidup kita sepenuhnya di dalam kasih-Nya.
Refleksi Diri:
- Apa yang bisa membuat Anda tetap tenang meskipun berada di dalam pergumulan berat?
- Pelajaran apa yang bisa Anda lihat melalui pergumulan yang sedang/pernah Anda alami?