Kegagahan = Diperkenan Allah?
Kejadian 6:1-8
Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
- 1 Samuel 16:7
Apa yang menjadi standar kehebatan seseorang menurut masyarakat? Jawabannya tentu beragam, tetapi kebanyakan melihat pada kepintaran, kekayaan atau kegagahan seseorang. Hal-hal bersifat materi menjadi standar kehebatan yang diterima secara umum, bukannya hal-hal bersifat rohaniah. Padahal, hal-hal materi belum tentu diperkenan oleh Allah karena hal-hal tersebut tidak pernah dicari oleh-Nya di dalam kehidupan seseorang. Hal-hal materi tidak akan membuat manusia bertobat kepada Allah, malahan membawa manusia semakin puas dengan diri mereka sendiri.
Pada zaman Nuh, terlahir orang-orang luar biasa yang disebut “orang-orang raksasa” (ay. 4) dalam bahasa Ibrani disebut nephilim. Orang-orang raksasa ini adalah orang-orang kenamaan pada masa itu. Beberapa ahli Perjanjian Lama mengatakan bahwa kemungkinan Goliat merupakan keturunan dari orang-orang kenamaan ini (1Sam. 17:4). Mereka membuat kita berdecak kagum atas kehebatan mereka. Namun seperti dituliskan Alkitab, Allah tidak terkesan dengan keberadaan mereka.
Allah memberikan penilaian yang buruk kepada manusia karena kecenderungan hati mereka selalu pada kejahatan (ay. 5). Hal-hal materi tidak mengesankan Allah karena Dia pencipta dunia dan segala isinya. Allah lebih rindu manusia menghidupi panggilan-Nya untuk menjadi perwakilan-Nya daripada mengikuti keinginan dosa mereka. Hal yang sama Allah sampaikan kepada Nabi Samuel ketika akan mengurapi raja Israel yang menggantikan Saul, bahwa Allah lebih melihat hati daripada apa yang dilihat mata (1Sam. 16:7).
Kecenderungan manusia untuk berdosa dan membuahkan kejahatan tetap ada sampai masa kini, didukung dengan semangat materialisme yang membuat manusia makin jauh dari Allah. Godaan materialisme sangat kuat karena menjanjikan kegagahan di mata manusia, tetapi kita harus ingat bahwa penilaian manusia bernilai fana. Karena itu, janganlah kita jatuh ke dalam godaan kegagahan, tetapi kejarlah hal-hal rohaniah yang bernilai kekal.
Perkenanan Allah bernilai kekal, jauh dari sekadar penilaian manusia. Perkenanan-Nya dapat kita miliki melalui karya Yesus Kristus yang menebus dan menguduskan kita. Mari kita yang sudah percaya kepada Yesus tidak hanya mengejar hal-hal materi, tetapi yang terutama mengenal panggilan Allah di dalam Yesus yang bernilai kekal.
Refleksi Diri:
- Apa saja bentuk godaan materialisme di kehidupan Anda? Apakah hal-hal materi telah memikat hati Anda?
- Apakah Anda mengetahui panggilan Allah bagi diri Anda?