Kehendak-Mulah Yang Terjadi
Lukas 22:39-44
Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.
- Lukas 22:42
Pada malam sebelum Tuhan Yesus disalibkan, Dia berdoa di taman Getsemani. Dalam doa, Dia mengucapkan ayat di atas, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Doa tersebut adalah doa yang sangat manusiawi sekaligus Ilahi. Manusiawi karena menggambarkan perasaan seorang manusia. Meskipun Yesus adalah Anak Allah, tetapi pada saat yang sama Dia adalah seorang manusia seperti manusia lainnya. Dia merasa takut, gentar, cemas, sedih, tegang menghadapi penderitaan dan salib yang ada di depan mata.
Yesus meminta jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan penderitaan dan murka Allah itu berlalu dari-Nya. Doa-Nya kemudian menjadi sangat Ilahi karena di baris berikutnya Yesus berkata, “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Secara manusiawi Yesus berkeinginan bebas dari salib, tetapi pada saat yang sama, Dia mengambil sikap tunduk kepada kehendak Bapa-Nya. Dia tahu yang terbaik datang dari Allah Bapa.
Doa sesungguhnya adalah ekspresi keinginan manusia dalam kehendak Allah. Boleh-boleh saja kita meminta apa pun yang kita inginkan. Allah tidak pernah menghakimi permintaan kita sekalipun itu hal sepele. Akan tetapi, hasil akhirnya ada di tangan Allah. Dia yang memutuskan. Kita adalah anak. Anak tunduk kepada bapanya karena ia percaya bapanya tahu yang terbaik untuknya. Jika bapa di dunia memberi yang baik kepada anaknya, apalagi Bapa kita yang di Sorga. Karena itu, jika permohonan kita dijawab “ya” oleh Allah, bersyukurlah. Akan tetapi, jika permohonan kita dijawab “tidak” oleh Allah, terimalah. Percayalah, Allah tidak pernah bermaksud jahat dengan kehidupan kita. Tetap percayakan diri kepada-Nya.
Jika saat ini kita memohon wabah Covid-19 cepat berlalu maka doa kita itu baik. Namun, kita juga harus siap menerima jika Allah mengatakan, “Sabar, duduk diam sekarang, nantikanlah waktunya.” Yakin dan percayalah bahwa Tuhan Yesus mempunyai waktu yang tepat dan jawaban terbaik buat kita untuk bisa melewati situasi yang menekan kehidupan kita saat ini.
Refleksi Diri:
- Bagaimana doa Anda selama ini? Apakah Anda menyerahkan jawaban doa Anda sesuai kehendak Allah?
- Apa yang akan Anda lakukan agar lebih memahami kehendak Allah atas doa permohonan Anda?