Kekasihku = Saudaraku = Guruku = …
Kidung Agung 8:1-4
Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku, supaya engkau mengajar aku.
- Kidung Agung 8:2a
Sebelum menyusun seri renungan Kidung Agung ini, saya mencari kutipankutipan bagus mengenai cinta dengan kata kunci “cinta adalah seperti” (love is like). Saya menemukan begitu banyak hasil temuan. Ada yang bilang cinta seperti magnet, yang lain berkata cinta seperti angin, bagai bintang utara, bahkan seperti rokok, dan maaf... kentut!
Cinta memiliki banyak wajah, begitu juga dalam hubungan suami istri. Sang raja dan istrinya semakin tua. Si istri punya tiga keinginan: (1) Ia ingin suaminya menjadi saudara laki-lakinya. Di zaman itu, ekspresi cinta pria dan wanita secara publik dianggap hal yang memalukan meskipun mereka telah menikah. Namun, mencium saudara sendiri tidak masalah (ay. 1). (2) Ia juga ingin suaminya, Raja Salomo, mengajarinya. Siapa yang tidak ingin menimba ilmu dari raja sebijaksana Salomo? Kepada gurunya yang bijaksana, ia ingin memberikan hadiah terima kasih berupa anggur dan air delima (ay. 2). (3) Ia juga ingin bermesraan secara intim bersama suaminya layaknya kekasih (ay. 3).
Seiring berjalannya waktu, harus disadari bahwa hubungan suami istri seperti sepasang kekasih, bisa luntur. Ada kalanya kita membutuhkan peran seorang saudara, guru, orangtua, anak atau sahabat. Hubungan sang raja dan istri pada Kidung Agung digambarkan sangat ideal. Ini menunjukkan bagaimana keduanya bisa memainkan peranan yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan masing- masing pribadi. Hubungan suami istri ibarat sebongkah berlian yang jika diputar dan dilihat dari berbagai sudut akan memantulkan warna cahaya yang berbeda- beda sehingga nampaklah keindahannya secara utuh.
Kilau cinta seperti berlian hanya tampak ketika pernikahan telah menjadi dewasa. Itulah sebabnya si istri kembali mengingatkan kawan-kawannya untuk tidak memaksakan cinta (ay. 4). Ketika awal menikah, sepasang suami istri hanya memain peran sebagai kekasih. Ketika usia pernikahan semakin tua, barulah kilau-kilau yang lain nampak. Ini bukan tanpa maksud. Ketika suami istri menjadi sangat tua, produksi hormon-hormon tertentu akan jauh berkurang, tapi pasangan tetap merasakan ikatan emosional mendalam dan komitmen kuat. Keduanya menganggap satu sama lain sebagai orang yang paling ia butuhkan karena pasangannya juga adalah saudara, guru, dan sahabatnya.
Refleksi Diri:
- Pernahkah Anda atau pasangan Anda secara sadar atau tidak, memainkan peranan lain di dalam pernikahan? Misalnya, mendadak manja seperti anak kepada orangtuanya atau minta diajari seperti murid kepada gurunya?
- Apakah Anda dan pasangan Anda dapat menanggapi kebutuhan satu sama lain?