Kenormalan Baru (New Normal)
Kejadian 39:1-23
Tetapi Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjaran.
- Kejadian 39:21
Kenormalan baru adalah skenario adaptasi terhadap lingkungan yang baru dalam bentuk perubahan perilaku menjadi lebih disiplin menjaga kebersihan dan menaati protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Contoh perilakunya antara lain: memakai masker saat keluar rumah, lebih rajin mencuci tangan, dan sebagainya. Tidak mudah untuk beradaptasi dengan kenormalan baru yang mengubah rutinitas sehari-hari, tetapi mengingat bahaya virus Corona, mau tidak mau kita dipaksa menerapkan new normal tersebut.
Yusuf juga mengalami hal serupa. Sebagai anak kesayangan Yakub, tanpa diduga ia harus menjadi budak setelah dijual oleh saudara-saudaranya. Yusuf harus beradaptasi dengan kenormalan baru di negeri asing, jauh dari orangtua dan keluarganya. Ia harus melupakan kenyamanan hidupnya di masa lalu dan mulai berjuang, bekerja keras, menerima perlakuan yang tidak adil dan penderitaan. Namun, Yusuf akhirnya berhasil menjadi perdana menteri di Mesir.
Apa rahasia Yusuf menjalani kenormalan baru sehingga berhasil? (1) Allah menyertai Yusuf sehingga berhasil (ay. 2). Ini bukan berarti hidup selalu lancar, aman, dan nyaman, melainkan penyertaan Allah hadir melalui penguatan, penghiburan, dan pertolongan di masa-masa sulit. Sebab itu, jangan takut dan putus asa menghadapi setiap kesulitan.
(2) Hidup takut akan Tuhan. Ketika digoda istri Potifar, Yusuf menolak dan berhasil mengalahkan godaan seksual. Yusuf memiliki kesadaran akan kehadiran dan penyertaan Allah sehingga muncul hati yang takut dan hormat kepada-Nya. “Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (ay. 9). Sikap takut akan Tuhan membuat Yusuf berhasil meloloskan diri dari perangkap setan yang mencobainya.
(3) Mengampuni dan mengasihi musuhnya. Setelah menduduki jabatan tinggi di Mesir, Yusuf tidak menjadi sombong atau jahat, lalu lupa anugerah Tuhan. Posisi dan kekuasaannya tidak mengubah jati diri Yusuf. Ia tetap hidup sederhana, rendah hati, mengasihi, dan suka mengampuni. Meski ayahnya sudah tidak ada, Yusuf tidak membalas kejahatan yang dilakukan saudara-saudaranya. Dia justru berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan…” (Kej. 50:20).
Mari hadapi segala tantangan perubahan hidup dengan kenormalan baru dan penyertaan Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
- Apa prinsip-prinsip hidup Yusuf dalam menjalani kenormalan baru yang Anda rasa perlu adaptasi?
- Apa komitmen kenormalan baru yang ingin Anda ambil agar bisa tetap berjuang dan berhasil melewati pergumulan hidup?