Kristus sebagai Tuhan
1 Petrus 3:14-17
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!
- 1 Petrus 3:15a
Ada dua golongan orang Kristen berdasarkan sikap mereka terhadap Yesus Kristus. Golongan pertama menjadikan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Yang kedua menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan.
Golongan pertama hanya menjadikan Yesus sebagai Juruselamat yang menyelamatkan hidupnya dari maut dan menjamin hidup kekal, tetapi tidak menjadikan Dia sebagai Tuan dalam hidupnya. Setelah diselamatkan, mereka hidup biasa saja sambil menanti masuk sorga. Biasanya golongan yang saya maksud ini, hidup tanpa perbedaan dengan orang yang tidak kenal Tuhan Yesus. Cara hidup sama, cara bicara sama, cara dagang sama, cara bekerja sama, cara didik anak sama.
Ambisi dan tujuan hidup pun sama saja. Tentu ini bukan kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki kita menjadikan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan (baca: tuan) kita. Yesus menyelamatkan kita bukan dengan maksud supaya kita hanya menantikan saatnya masuk sorga. Dan sementara dalam penantian itu, kita bisa hidup seperti maunya kita. Dia adalah Tuan dan kita adalah hamba-Nya.
Oleh sebab itu, kita harus hidup dengan sikap menghamba. Sebagai hamba Yesus, maka sikap-Nya menjadi sikap kita, cara pikir-Nya menjadi cara pikir kita, perasaan-Nya menjadi perasaan kita, kehendak-Nya menjadi kehendak kita, dan tindakan-Nya menjadi tindakan kita. Itu berarti sikap, cara, dan tujuan hidup kita tak mungkin sama dengan orang yang tidak kenal Tuhan.
Mudah sekali kita mengatakan, “God bless you”, terutama dalam komunikasi di media sosial. Kata “bless” dalam bahasa Inggris bisa berarti memberkati (tindakan Allah kepada manusia), tetapi juga bisa berarti memuji (tindakan manusia kepada Allah). Saat kita mengatakan, “Bless you,” kepada seseorang, apakah kita juga sedang memuji Allah? Ada kejadian bahwa seorang jemaat memuji Allah dalam gereja pada hari Minggu tetapi hanya beberapa saat setelah kebaktian selesai, ia naik pitam saat melihat mobilnya dihalangi mobil lain yang parkir sembarangan. Ini tentu bukan sifat seorang hamba Tuhan. Hendaklah pikiran, hati, dan tindakan kita selalu mencerminkan Tuan kita di Sorga, yaitu Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
- Sudahkah Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam hidup Anda? Apa buktinya?
- Bagaimana tindakan konkret dalam keseharian Anda yang memberkati orang lain sekaligus memuji Allah?