Kunci Melepaskan Pengampunan
Kejadian 45:1-15
Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.
- Kejadian 45:15
Sebagai manusia berdosa, memaafkan merupakan perkara sulit. Terlebih jika dikhianati oleh orang yang dekat dengan kita, yang seharusnya menolong dan memahami kita. Ketika disakiti dan dikhianati, sulit untuk melupakan apalagi memaafkan. Namun sebagai anak-anak Tuhan, kita diajarkan untuk mengampuni seperti Kristus Yesus sudah mengampuni kita.
Kita bisa belajar dari Yusuf, seorang yang sudah disakiti sedemikian rupa oleh saudara-saudaranya tetapi tetap mau melepaskan pengampunan. Apa yang membuat Yusuf dapat melepaskan pengampunan walaupun mengalami penderitaan akibat perbuatan saudara-saudara kandungnya?
Pertama, melihat semua yang terjadi adalah rencana Tuhan. Yusuf menerima keadaan dirinya, dijual dan harus menderita di tanah Mesir, karena Allah memiliki rencana dalam hidupnya. Yusuf berulang kali berkata, dirinya bisa berada di tanah Mesir karena Allah yang menyuruhnya untuk pergi terlebih dahulu demi memelihara keluarganya sendiri. Ia berkata dengan tegas, “Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah;” (ay. 8a). Yusuf bisa melihat bahwa walaupun perbuatan saudara-saudaranya salah, tetapi merupakan bagian rencana Allah.
Dalam kehidupan, Tuhan bisa memakai orang lain untuk “menggiring” kita pada kehidupan yang lebih baik, serta membentuk dan membuat kita lebih baik daripada sebelumnya. Kita harus percaya Tuhan tetap turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm. 8:28). Marilah melihat seperti Yusuf, yang memandang bahwa mungkin perlakuan saudara, sahabat atau teman kita sebagai bagian rencana Allah yang membuat kita lebih baik lagi. Seperti Yusuf mengampuni saudara-saudaranya, kita pun juga diharapkan dapat mengampuni mereka yang telah menyakiti kita.
Kedua, mengasihi saudara-saudaranya. Walaupun saudara-saudaranya telah melakukan hal jahat terhadap dirinya, Yusuf tetap memandang mereka sebagai yang harus dikasihi. Ini terpancar dari reaksi Yusuf terhadap saudara-saudaranya. Ia tetap menunjukkan kasih yang tulus dan ikhlas kepada mereka dan tidak mendendam. Kasih mengalahkan apa pun, termasuk dendam dan amarah. Jika kita mengasihi orang-orang yang dekat dengan kita, walaupun mereka telah menyakiti, kita bisa belajar mengampuni mereka.
Ingatlah, Kristus Yesus telah mengampuni kita karena kasih-Nya yang besar kepada kita, mari kita berbuat yang sama seperti Dia.
Refleksi Diri:
- Apa kunci melepaskan pengampunan yang Anda dapatkan melalui renungan ini? Sudahkah Anda mempraktikkannya?
- Bagaimana Anda bisa melihat kejadian yang menyakitkan dan membuat Anda menderita sebagai bagian rencana Tuhan dalam membentuk Anda?