Layakkah Engkau Marah?
Yunus 4
Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”
- Yunus 4:4
Seorang bapak ketika melihat anaknya sembuh dari sakit berkata, “Puji Tuhan!” Seorang mahasiswa ketika lulus dari sidang skripsi juga bersorak, “Puji Tuhan!” Seorang karyawan yang mendapatkan promosi jabatan, spontan berujar, “Puji Tuhan!” Kita bisa dengan mudah bersyukur dan memuji Tuhan ketika mengalami yang baik atau harapan kita terwujud. Namun ketika yang dialami bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan, bagaimana reaksi kita? Apakah kita masih memuji atau marah kepada Tuhan?
Yunus marah kepada Tuhan karena orang-orang jahat di kota Niniwe yang dibencinya, ketika mendengarkan khotbah pendek yang hanya satu kalimat (Yun. 3:4), mereka kemudian bertobat. Ia tidak suka dengan pertobatan mereka. Yunus seorang nabi lebih suka mereka dihukum bukan diselamatkan. Ia marah-marah ketika menyaksikan pertobatan massal itu terjadi. Tuhan lalu bertanya, “Layakkah engkau marah?” Yunus kembali marah kepada Tuhan ketika pohon jarak yang Tuhan tumbuhkan, Dia izinkan untuk layu kembali, Yunus marah karena tempat berteduhnya hilang, ia marah karena keadaannya tidak mengenakkan (ay. 6-9). Lalu Tuhan berkata lagi, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Yunus marah untuk hal-hal yang sebetulnya dia tidak punya hak untuk marah.
Kadang kala tanpa disadari, kita berlaku tidak adil terhadap Tuhan. Kita sepertinya berhak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga sering menempatkan diri sebagai Tuhan atas hidup. Ketika pemberian-pemberian dari Tuhan Dia izinkan hilang atau diambil-Nya, kita pun dengan mudah menyalahkan Tuhan. Apalagi dengan sesama, kita merasa sangat berhak untuk menghakimi orang lain.
Namun, kesabaran Tuhan begitu besar. Semua manusia seharusnya dihukum karena dosa, tidak ada seorang pun yang luput, padahal selayaknya Tuhan murka. Tetapi karena kasih karunia Tuhan, kita tidak dimurkai-Nya. Kemurkaan Tuhan yang seharusnya kita terima tidak terjadi, melainkan justru kasih-Nya yang besar melalui Tuhan Yesus Kristus yang kita dapatkan. Jika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana kita dan kita marah-marah kepada Tuhan, ingatlah perkataan Tuhan, “Layakkah engkau marah?” Coba kita renungkan: apakah kita berhak untuk marah kepada Tuhan? Apakah Tuhan sudah melakukan kesalahan dalam hidup kita? Apakah Tuhan sudah berbuat jahat kepada kita?
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah/sedang marah kepada Tuhan atas masalah yang terjadi dalam hidup Anda?
- Bagaimana seharusnya sikap Anda kepada Tuhan ketika hidup tidak sesuai dengan apa yang Anda harapkan?