Makna tiong chiu pia
Mazmur 133
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
- Mazmur 133:1
Keluarga yang tidak tinggal berjauhan terkadang jarang ada waktu dan kesempatan untuk berkumpul bersama. Namun, ketika hari raya tertentu atau saat berziarah ke makam orangtua, semua bisa berkumpul dan satu sama lain terasa akrab. Pertemuan keluarga jadi suatu hal yang indah. Jika keluarga sulit/berhalangan untuk berkumpul pada hari libur, pertemuan pada waktu ziarah juga bisa jadi indah. Sungguh menyenangkan bisa berkumpul dan menjalin tali persaudaraan.
Mazmur perikop hari ini merupakan mazmur ziarah. Semua suku Israel hendak berziarah ke Yerusalem. Waktu selama di perjalanan dan saat berziarah itu rupanya menjadi perhatian Daud. Ia menilai kesempatan ini sungguh baik dan indah. Amatlah baik jika saudara-bersaudara, antar suku dengan suku yang lain, bisa diam bersama dan hidup rukun. Tuhan juga dengan senang hati akan memerintahkan berkat bagi keluarga yang hidup rukun.
Di dalam budaya Tionghoa, ada satu perayaan yang bisa buat sanak saudara berkumpul selain Imlek. Perayaan itu adalah Hari Tiong Ciu Pia yang dalam Bahasa Mandarin disebut 中秋节. Kue utamanya disebut Kue Bulan. Lalu ada pepatah yang bagus untuk momen perayaan ini. Bunyinya demikian: 月圆人圆吗? Dalam bahasa Indonesia kira-kira demikian: Bulan bisa bulat atau utuh, apakah orang bisa bulat? “Bulat” artinya adalah berkumpul dan bersatu. Ungkapan ini adalah semacam ajakan untuk memanggil kembali anggota keluarga. Mereka dipanggil untuk kembali menjalin tali kekerabatan dan persaudaraan.
Saudaraku, sebagai orang Kristen, bukanlah tabu untuk merayakan Tiong Ciu Pia. Perayaan ini punya nilai luhur yang baik, yaitu mengeratkan jalinan persaudaraan. Jika ada kesempatan berkumpul untuk makan dan bersekutu bersama, usahakanlah menyempatkan waktu untuk hadir. Karena kesempatan berkumpul itu baik dan indah. Sangatlah baik jika kita orang beriman yang menjadi bagian dari keluarga, mengambil inisiatif mengumpulkan seluruh keluarga. Siapa tahu melalui pertemuan itu, kerukunan terjalin membuat mereka akhirnya tersadar bahwa mereka juga perlu mengenal Yesus sebagai penyelamat dan Tuhan Sang Inisiator kerukunan.
Salam rukun, kumpul bersama.
Refleksi Diri:
- Kapan terakhir kali Anda bersama dengan keluarga besar berkumpul bersama? Adakah pertemuan itu mengeratkan tali persaudaraan?
- Sebagai orang Kristen, sudahkah Anda berinisiatif mengajak keluarga yang lain untuk berkumpul dan hidup rukun?