Maksimal Kasih-Nya
Yohanes 3:14-21
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1 Petrus 1:18-19
Apakah Anda pernah merasa kurang dikasihi Tuhan? Mungkin ada yang menjawab, “Nggak pernah dong!” Namun, banyak juga yang berkata, “Saya pernah mempertanyakan itu” atau “itu yang sedang saya rasakan.” Jujur saya pun pernah bertanya demikian. Pertanyaan itu muncul biasanya saat diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang berat. Muncul pemikiran Tuhan sudah tidak sayang kita lagi. Kemudian kita memikirkan solusinya dengan lebih rajin terlibat dalam semua kegiatan agama agar lebih dikasihi Tuhan.
Kita berpikir, kalau Tuhan lebih mengasihiku, Dia pasti akan lebih memperhatikan kondisiku, Dia akan turun tangan menyelesaikan masalahku. Sungguh pemikiran ini tidak tepat. Ingat dan bacalah Yohanes 3:16. Kasih Allah tidak setengah-setengah. Dia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya, untuk menebus dosa manusia. Mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal, bukan hidup yang temporer. Hidup kekal tidak bisa dihitung, diselamatkan dari kebinasaan abadi adalah tidak terhingga. Semuanya maksimal karena memberikan sesuatu yang tidak ternilai, yang tidak terbatas. Petrus menegaskannya dengan menyatakan bahwa kita dibeli bukan oleh emas dan perak, tetapi oleh darah yang mahal, darah Kristus yang sama sekali tidak bercacat (1Ptr. 1:8-9). Kasih yang diberikan Allah maksimal.
Jika ada orang yang menganggap Tuhan tidak mengasihi dirinya karena penderitaan yang dialaminya, ingatlah Kristus sudah lebih dulu menderita dengan maksimal. Dia menanggung seluruh murka Allah, penderitaan yang harganya setara dengan kematian-Nya. Seberat apa pun penderitaan yang diderita hari ini, tidak sebanding dengan penderitaan kekekalan yang kita harus terima seandainya Kristus tidak pernah lahir dan mati di kayu salib. Kita sering mencari-cari kasih yang bisa mengisi kekosongan hati kita yang terdalam. Orang-orang di sekeliling kita mungkin mengasihi kita, tetapi sama dengan kita, mereka manusia yang penuh kekurangan yang bisa mengecewakan kita. Namun, kasih Tuhan yang maksimal itu tidak pernah mengecewakan kita karena Dia sudah membuktikan-Nya.
Refleksi Diri:
- Apa tanda kasih Allah yang maksimal bagi Anda? Adakah pengalaman masa lalu yang membuktikan kasih-Nya terhadap Anda?
- Bagaimana Anda mau merespons kasih Allah yang maksimal ketika penderitaan melanda?