Marah dosa atau bukan?
Mazmur 37:1-8
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”
- Efesus 4:26, 27
Marah itu normal atau tidak? Dalam hubungan dengan sesama, marah itu normal. Terus, apakah marah itu dosa atau bukan? Ada ayat Alkitab tertentu mengindikasikan marah itu dosa. Namun, ayat-ayat lainnya menyatakan sebaliknya. Salah satunya ayat emas kita. Kalau Anda perhatikan, Rasul Paulus tidak mengatakan marah itu dosa, tetapi marah yang berkelanjutan bahkan berubah menjadi dendam, itulah marah yang berdosa.
Ada baiknya kita membedah anatomi kemarahan. Setiap orang punya keyakinan tertentu. Ketika keyakinan tersebut berhadapan dengan situasi tertentu, maka kemarahan dapat timbul. Saya beri contoh. Saya percaya bahwa saya adalah hamba Tuhan yang baik jika dapat menyenangkan semua jemaat saya (keyakinan).
Suatu hari, seorang jemaat mengeluh kepada majelis bahwa saya telah mengecewakan dia (situasi). Saya kemudian ditegur oleh majelis. Perasaan saya adalah marah karena saya merasa gagal menyenangkan jemaat saya. Jadi persoalannya ada di mana? Ya, pada keyakinan yang saya pegang.
Setiap peristiwa kemarahan terjadi akibat persinggungan antara keyakinan dan situasi. Oleh karena itu, sebelum kemarahan kita berubah menjadi dosa karena tidak terkendali, menjadi dendam atau kepahitan, maka ada baiknya kita cepat-cepat menyelidiki kepercayaan kita. Kepercayaan mana yang disinggung oleh situasi tersebut? Apakah kepercayaan itu benar atau salah?
Kembali kepada contoh saya. Seharusnya saya percaya bahwa saya adalah hamba Tuhan yang baik jika saya melayani Tuhan dan jemaat semampu saya. Ketika si A tidak puas dengan pelayanan saya, saya tidak perlu marah. Saya cukup minta maaf atau malah saya abaikan saja jika ketidakpuasaan itu mengada-ada. Mana mungkin dalam hidup ini kita menyenangkan semua orang?
Tugas kita adalah memeriksa kepercayaan-kepercayaan kita. Apakah kepercayaan kita benar? Sesuai firman Tuhan? Realistis? Sesuai kesanggupan kita? Sesuai keadaan zaman? Sesuai konteks masyarakat, dan sebagainya. Mintakan hikmat kepada Tuhan Yesus yang memampukan kita melihat dan mengoreksi ulang kepercayaan yang kita pegang.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda memiliki menyimpan kemarahan yang saat ini berubah menjadi dendam? Segera bereskan di hadapan Tuhan Yesus.
- Apa kepercayaan/keyakinan yang acap kali menyebabkan Anda naik pitam? Cek kembali keyakinan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan di dalam renungan.