Masak Cuma Gara-gara Pakaian?
Matius 22:1-14
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.
- Lukas 3:8a
Bagi kita yang hidup di zaman ini, agak sulit mengerti mengapa hanya gara-gara tidak berpakaian pesta seorang tamu dihukum berat. Sebenarnya apa yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perumpamaan ini?
Pesta pernikahan, di negara atau budaya mana pun adalah acara penting bagi tuan rumah. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar tamu-tamunya puas. Sebagai tanggapan para tamu, mereka juga akan mempersiapkan diri dengan baik sebelum menghadiri pesta, yaitu dengan berpakaian yang pantas. Pakaian pantas yang dimaksud bukanlah pakaian mewah tetapi pakaian bersih dan rapih. Berpakaian kotor adalah penghinaan bagi sang tuan rumah.
Mari kita telaah maksud kisah ini. Pakaian pesta adalah simbol dari pertobatan. Tuhan mengundang banyak orang datang kepada-Nya seperti tuan yang mengadakan pesta mengundang tamu. Akan tetapi, tidak semua orang bersikap baik dan menghargai undangan itu. Seorang yang mengaku Kristen tetapi tidak berpakaian pertobatan adalah sama dengan orang yang tidak menghargai anugerah keselamatan Allah. Ia hanya mengaku Kristen tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda pertobatan. Ia tetap berpakaian kotor, simbol dari kehidupan di dalam dosa. Jika demikian, nasibnya adalah menerima penghukuman kekal.
Keselamatan adalah anugerah Allah. Anugerah diberikan secara cuma-cuma. Namun, setelah menerima keselamatan kelanjutan hidup seorang murid Kristus adalah usaha dan perjuangan. Banyak orang Kristen puas menjadi pengikut Kristus tanpa beranjak menjadi murid Kristus. Mengharapkan berkat-berkat Allah tetapi tidak mau berkomitmen berjalan bersama Yesus. Sejatinya, kita harus menunjukkan buah pertobatan. Tidak bisa diam-diam saja. Orang yang datang ke pesta dengan tidak berpakaian pantas itu ketika ditegur ternyata “diam saja”, artinya ia sudah tahu aturannya tetapi sengaja melanggar. Demikian pula, seseorang mungkin saja ada di dalam gereja berpuluh tahun, tetapi itu bukan jaminan ia adalah sungguh anak Allah. Seseorang bisa saja sudah menjadi orang Kristen sejak dalam kandungan, tetapi itu bukan jaminan dirinya benar-benar murid Kristus. Iman harus nyata dalam perbuatan. Pertobatan harus tampak dalam buah-buah yang dihasilkan. Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Sekarang, apakah Anda sudah berpakaian pantas saat datang ke pesta perjamuan Allah?
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sudah beranjak dari seorang pengikut menjadi seorang murid Kristus? Apa wujud nyatanya?
- Apa arti “iman tanpa perbuatan adalah mati” bagi Anda?