Mata Ganti Gigi, Gigi Ganti Mata?
Obaja 1:15-16
… perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri.
- Obaja 1:15b
Anda mungkin tidak suka membaca judul ini. Bukankah ini adalah salah satu hukum Taurat yang Tuhan Yesus katakan sudah tidak berlaku, kemudian diganti dengan, “... siapa pun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu.” (Mat. 5:39)? Eits, siapa bilang Yesus mengatakan hukum ini sudah tidak berlaku? Ia malah mengatakan, “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” (Luk. 16:17). Tuhan memperingatkan orang-orang Edom bahwa apa pun yang mereka telah lakukan terhadap Israel, akan menimpa mereka pula. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Ini adalah prinsip keadilan Tuhan yang diterapkan di bangsa Israel yang teokratis. Jadi, bagaimana menyelaraskan hal ini dengan perintah Tuhan Yesus di Injil?
Hal pertama yang harus diingat adalah Tuhan adalah Hakim yang lebih adil daripada kita. Jika kita sendiri yang menjalankan prinsip mata ganti mata, gigi ganti gigi, pada umumnya dua hal ini yang terjadi: (1) mata ganti gigi, atau (2) gigi ganti mata. Mata ganti gigi berarti dalam keterbatasan kita, kita tidak bisa memberikan penghakiman yang setimpal. Akibatnya, orang itu tidak jera, atau bahkan tidak sadar. Lantas apa gunanya kita membalas? Gigi ganti mata berarti kita membalas jauh melampaui dosa mereka. Jika hal ini terjadi, maka Tuhan sendiri yang akan menghakimi kita. Oleh karena itu, serahkan saja kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus (1Ptr. 2:23).
Hal kedua adalah apakah kita yakin motivasi kita untuk menghukum orang tersebut benar? Ingin orang itu jera? Ingin ia bertobat? Omong kosong. Jujur saja, alasan kita membalas kejahatan orang lain bukanlah untuk keadilan, melainkan untuk balas dendam saja. Itulah sebabnya penghakiman diserahkan kepada Tuhan, atau setidaknya kepada institusi pemerintahan yang dipercaya Tuhan.
Hanya Tuhan-lah hakim yang sanggup menjalankan mata ganti mata, gigi ganti gigi dengan sempurna. Tugas kita adalah memaafkan, bukan main hakim sendiri.
Refleksi diri:
- Apakah Anda pernah atau sedang mendendam kepada seseorang?
- Bagaimana prinsip ini memberi Anda kelapangan hati untuk menyerahkannya kepada Tuhan?