Memahami Panggilan Tuhan
1 Samuel 3:1-10
… “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
- 1 Samuel 3:10b
Suatu kali saya sedang bermain dengan keponakan saya. Tiba-tiba ada suara memanggil namanya yang sontak membuat keponakan saya menghampiri suara tersebut. Ia tahu dengan pasti, suara siapa yang sedang memanggilnya. Suara yang sudah sering didengar dan paling dikenalnya.
Apakah Anda pernah mengalami hal serupa? Hanya dari suara dan nada panggilan, Anda bisa mengenali siapa orang yang memanggil Anda meskipun tidak melihatnya. Mengapa? Karena kita punya relasi yang dekat dengan orang tersebut. Kedekatan bisa membuat kita memiliki kepekaan untuk mengenali pergerakan atau keinginan seseorang hanya dari mendengar suaranya.
Berbeda dengan Samuel ketika dipanggil oleh Tuhan. Ia salah mencari Sang sumber suara. Tiga kali Samuel mendengar suara yang memanggil, tetapi tidak mengenali suara tersebut. Mengapa? Rupanya pengalaman mendengar Tuhan yang berbicara secara langsung merupakan sesuatu yang asing bagi Samuel. Alkitab mencatat bahwa masa-masa itu merupakan masa “gersang”, dimana firman Tuhan dan penglihatan-penglihatan jarang terjadi (ay. 1). Jadi, lumrah Samuel tidak mengenali suara yang memanggilnya karena saat itu belum mengenal Tuhan secara pribadi (ay. 7).
Mengapa Tuhan tidak langsung memperkenalkan diri-Nya kepada Samuel dalam panggilannya yang pertama? Tuhan sedang melatih kepekaan Samuel supaya bisa membedakan antara suara Allah dan suara manusia. Samuel sudah tahu tentang Allah dari pengalaman dan pembelajarannya di bait Allah. Namun, mengetahui bukan berarti mengenal Allah.Ketika Tuhan memanggil Samuel dan ia meresponi panggilan tersebut dengan tepat maka pengenalannya terhadap Tuhan menjadi lebih pribadi dari sebelumnya. Ini membuatnya memahami bahwa Tuhan memanggil bukan tanpa tujuan. Allah sedang mempersiapkan Samuel untuk berbagian dalam pekerjaan Tuhan bagi umat-Nya.
Allah bisa memanggil kita dengan berbagai cara, terutama melalui firman-Nya. Allah memanggil umat-Nya untuk menjadi saksi kebenaran firman di tengah dunia. Sambutlah panggilan Allah dengan ketaatan dan kerendahhatian. Pandanglah panggilan Allah sebagai anugerah yang harus direspons secara serius. Mendengar suara Tuhan bukan berbicara tentang cara, melainkan tentang apakah kita mampu meningkatkan frekuensi dan kapasitas rohani melalui hubungan intim dengan-Nya. Relasi yang intim bersama Tuhan Yesus akan membangun kepekaan untuk memahami dan meresponi panggilan Allah dalam hidup kita secara tepat.
Refleksi Diri:
- Apakah panggilan Allah dalam hidup Anda? Apakah Anda sudah memahami dan meresponinya secara tepat?
- Apa kendala yang menghalangi Anda untuk dapat mendengar dan memahami panggilanAllah?