Memaknai Semangat Pentakosta
Kisah Para Rasul 2:1-13
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat ... tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, ...
- Kisah Para Rasul 2:1, 3-4a
Pentakosta artinya hari kelima puluh, dalam konteks Perjanjian Lama dirayakan lima puluh hari setelah Paskah dan merupakan satu dari tiga hari raya Yahudi (dua yang lain, Paskah dan Pondok Daun). Makna Pentakosta bagi orang Yahudi, pertama, mengenang pembebasan dari perbudakan di Mesir. Kedua, mengenang pemberian Hukum Taurat kepada Musa di gunung Sinai, dan ketiga, mengucap syukur atas panen yang mereka dapatkan dari tanah mereka (Im. 23:15-21).
Dalam Perjanjian Baru, Pentakosta adalah pemenuhan janji Tuhan Yesus yang akan mengutus Roh Kudus, yang jika turun ke atas manusia, maka orang percaya bisa menjadi saksi Kristus (Kis. 1:8). Setiap orang yang percaya sungguh kepada Yesus sebagai Tuhan, pastilah dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus turun dari sorga langsung kepada setiap orang yang percaya, jadi praktik Baptis Roh Kudus adalah cara setan untuk menyesatkan orang percaya. Apalagi jika seorang dibaptis, sudah dengan nama Allah Bapa, Allah Anak yakni Tuhan Yesus, dan Allah Roh Kudus, tidak perlu ada baptisan kedua kali karena Alkitab mencatat bahwa baptisan hanya satu, “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef. 4:5).
Bukti seorang sungguh sudah dipenuhi Roh Kudus adalah bersedia untuk diperbarui, menjadi manusia baru. Hidup dalam semangat baru, yakni semangat kasih dan pengampunan, semangat keberanian hidup dalam kebenaran, dan sukacita di zaman yang penuh kesulitan. Orang yang dipenuhi Roh Kudus berani bersaksi melalui keteladanan hidup agar orang lain melihat cinta kasih Tuhan, agar melalui mulutnya orang lain dipertobatkan sehingga mereka bebas dari segala ikatan kuasa setan dan hidup melayani serta memuliakan Tuhan Yesus. Tanpa itu semua sebenarnya kita disebut Kristen KTP atau orang Kristen Tanpa Pertobatan. Mari kita memaknai semangat Pentakosta (bukan Pantekosta) dengan menjadi saksi Tuhan di tengah keluarga dan masyarakat, serta menjadi saluran berkat bagi pekerjaan pelayanan Tuhan.
Salam semangat Pentakosta.
Refleksi Diri:
- Setelah membaca renungan ini, bagaimana Anda sekarang memaknai Pentakosta di zaman Perjanjian Baru?
- Apa semangat Pentakosta yang ingin Anda lakukan sehingga tidak sekadar menjadi Kristen KTP?