Memberi Dengan Sukacita
2 Korintus 9:6-8
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
- 2 Korintus 6:7
Seorang pemuda mencoba melakukan eksperimen sosial di sebuah supermarket dengan meminta orang lain untuk membayar belanjaannya. Dalam satu kesempatan, pemuda ini meminta kepada seorang ibu yang sudah cukup berumur. Ibu ini dengan senang hati mengabulkan permintaan pemuda tersebut. Tanpa keraguan, sang ibu segera membayarkan belanjaan si pemuda. Melihat tindakan tersebut, si pemuda balik memberikan sejumlah uang kepada sang ibu. Hal yang mengejutkan terjadi. Sang ibu menangis dan ia mengatakan bahwa uang yang dimilikinya sebetulnya hanya cukup untuk membayar belanjaannya saat itu. Sungguh menarik apa yang dilakukan sang ibu. Ia tetap membayarkan belanjaan si pemuda dengan sukacita, walaupun uangnya begitu terbatas saat itu.
Sikap saling memberi maupun saling menolong merupakan perbuatan yang diajarkan oleh firman Tuhan. Rasul Paulus bukan hanya mengajarkan sekadar memberi, melainkan memberi dengan sukacita. Ia juga memberikan konsep menabur kepada para pembacanya, “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit, dan orang yang menabur banyak juga akan menuai banyak” (ay. 6). Dari konsep ini, mungkin kita akan berpikir, kalau begitu aku harus selalu memberi dengan jumlah yang banyak dong, baru bisa dapat tuaian banyak? Jawabannya tidak.
Penekanan Paulus dalam hal memberi bukanlah masalah kuantitas, melainkan masalah kualitas hati (ay. 7). Bukan seberapa banyak jumlah yang kita berikan kepada orang lain, tetapi seberapa rela dan sukacita yang kita rasakan ketika memberi. Allah tidak ingin anak-anak-Nya memberi dengan hati sombong karena jumlah yang diberi banyak. Allah juga tidak ingin anak-anak-Nya memberi karena dipaksa oleh orang lain. Sebaliknya, Allah ingin anak-anak-Nya memberi dengan kerelaan hati yang penuh sukacita.
Yuk, kita terus belajar memberi kepada orang lain. Bukan memberi dengan paksaan ataupun dengan harapan adanya imbalan yang besar. Melainkan memberi dengan hati yang rela dan penuh dengan sukacita. Jangan khawatir karena memberi Anda akan berkekurangan. Yakinlah bahwa Allah sanggup melimpahkan kasih karunia dan mencukupkan segala yang kita butuhkan (ay. 8).
Refleksi Diri:
- Bagaimana sikap hati Anda selama ini sewaktu memberi kepada orang lain? Apakah dengan sukacita atau susah hati?
- Siapa orang-orang yang Anda rindu untuk menolong mereka? Apa yang akan Anda lakukan terhadap mereka?