Menderita Bagi Keselamatan Kita
Yesaya 53:1-10
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Yesaya 53:5
Pada masa kini, salib seringkali dipandang hanya sebagai aksesoris. Salib sekadar penghias anting, hiasan dinding, liontin kalung, ornamen pakaian atau cincin. Salib juga terkadang dikaitkan dengan identitas agama Kristen. Jika seseorang atau sebuah gedung memasang tanda salib maka kita bisa menduga bahwa orang itu atau pemilik gedung itu adalah orang Kristen. Namun pertanyaannya, apakah sebatas itu pemahaman kita tentang salib?
Ada dua makna salib di dalam perenungan kita pada hari Jumat Agung ini. Pertama, salib adalah jalan penderitaan. Dalam perikop bacaan disampaikan bagaimana Kristus harus menghadapi berbagai macam penderitaan dan hinaan. Sebelumnya Dia begitu dicari orang, tetapi ketika tuduhan dan fitnahan dituduhkan kepada-Nya maka tidak ada seorang pun yang mau datang kepada-Nya, bahkan menyangkali dan mengkhianati serta menyalibkan Kristus. Inilah panggilan salib yang harus Kristus alami. Dia menderita dan mati di salib bukan karena kesalahan-Nya sendiri. Kita pun terkadang harus memikul salib seperti Kristus, menderita bukan karena kesalahan kita.
Hendaklah kita diingatkan bahwa kita harus tetap bertahan menghadapi penderitaan karena itu adalah panggilan kita sebagai orang Kristen.
Kedua, salib adalah jalan penebusan. Salib menjadi jalan bagaimana Kristus yang tidak berdosa menanggung dosa umat manusia. Ayat 4-6 menjelaskan bagaimana Kristus disalib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena kesalahan dan dosa umat manusia. Dia disalib untuk menanggung penyakit rohani manusia, yaitu dosa. Dia juga memikul kesengsaraan manusia yang terpisah dari Allah. Kristus bahkan rela menerima semua penderitaan tersebut demi menebus dan menggantikan kita yang berdosa.
Sebagai manusia yang berdosa dan memberontak kepada Allah, seharusnya kita terkutuk, pantas mati dan mengalami kebinasaan. Namun, dengan darah Kristus yang tercurah dan tubuh-Nya yang disalibkan, Dia membayar dan menebus kita dari hukuman maut. Syukurilah karena oleh darah-Nya kita disembuhkan dari sakit rohani kita. Maknai kebebasan dari belenggu dosa kita dengan penghargaan tinggi, dengan sikap hormat dan bertanggung jawab atas anugerah keselamatan itu.
KEMATIAN KRISTUS TIDAK PERNAH SIA-SIA, ADA PENEBUSAN YANG DIA BERIKAN KEPADA MANUSIA.