Menembus Keterbatasan
Yeremia 1:6-10 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. —Yeremia 1:9 P ernahkah Anda berpikir bagaimana perasaan orangtua saat melahirkan anak tanpa tangan dan kaki? Kenyataan ini dialami orangtua Nick Vujicic dan mereka berkata, “Anak saya tidak ada masa depan, ia tidak akan hidup seperti orang normal.” Inilah yang diceritakan Nick dalam bukunya, Life Without Limits, mengenai kondisi orangtuanya saat melihat keterbatasan fisiknya. Kita mungkin beruntung tidak punya keterbatasan fisik, tetapi kita seringkali memandang keterbatasan diri sebagai alasan untuk tidak melayani T uhan.
Ketika T uhan menunjuk Yeremia menjadi nabi, ia langsung mengajukan keberatan, “Ah, T uhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” (ay.6). Ini bukan alasan yang dibuat-buat, masuk akal. Yeremia memang masih muda, minim pengalaman, tetapi dipercayakan tugas yang berat. Mungkin Yeremia juga tidak punya kemampuan berbicara di depan umum, sedangkan ia harus menjadi juru bicara T uhan kepada bangsa Israel. Ia mungkin berpikir, bagaimana harus merangkai kata? Bagaimana kalau salah kata? Kita juga bisa mengajukan banyak keberatan yang cukup masuk akal di hadapan T uhan untuk melayani: Aduh Tuhan, aku di masa Covid ini banyak pergumulan; Tuhan usahaku juga lagi naik turun; Tuhan orang-orang yang dilayani tidak mudah juga.
Jawaban T uhan atas keberatan Yeremia ada pada ayat emas di atas. T uhan menyentuh bagian yang Yeremia anggap paling lemah, yaitu kemampuan berbicaranya. Yeremia pasti dapat menjadi jubirnya T uhan, karena T uhan sendiri yang menaruh perkataan-Nya pada Yeremia. Melalui keterbatasan yang dipandang oleh Yeremia, justru dari situlah ia melihat kekuatan T uhan. T uhan juga berkata kepada Paulus, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9). Kasih karunia di dalam T uhan Yesus itu cukup buat anak-anak-Nya.
T uhan tahu sekali setiap keterbatasan yang kita hadapi saat ini, baik di dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, termasuk pelayanan. Dia mau setiap kita bersandar pada kekuatan-Nya. Nick Vujicic dalam keterbatasan fisiknya mampu memberkati banyak orang lain. Hendaklah kita berkata seperti yang Nick ucapkan, “Karena saya ini ciptaan T uhan, didesain oleh T uhan, T uhan bisa memakai saya untuk melayani Dia.” T uhan Yesus mau kita menembus keterbatasan bersama-Nya, untuk menyaksikan kebesaran-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa keterbatasan yang seringkali menjadi penghalang Anda untuk melayani T uhan?
• Apakah Anda sudah mendoakan agar dimampukan di tengah keterbatasan untuk melayani-Nya dengan maksimal?