Mengarahkan pandangan pada upah
Ibrani 11:23-29
Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah (misthapodosia).
-Ibrani 11:26
Saat kita bekerja, terutama jika bertanding, maka fokus pada upah akan memotivasi kita untuk bekerja dan bertanding sekeras dan sebaik mungkin.
Tujuannya supaya kita mendapatkan upah atau pahala yang disediakan bagi pemenang. Musa, sahabat Allah, juga mengarahkan pandangan kepada “upah”.
Karena iman, Musa rela meninggalkan masa depannya yang gemilang. Mungkin ia memang bukan di urutan pertama sebagai suksesor Firaun, tetapi sebagai putra dari putri Firaun, namanya masuk dalam deretan nama-nama penerus kerajaan. Musa lebih rela mengidentifikasikan dirinya sebagai umat Allah daripada sebagai putra raja.
Musa rela meninggalkan semua kemewahan istana karena ia mengarahkan pandangannya pada upah atau misthapodosia. Istilah Yunani, misthapodosia itu menunjuk pada satu upah atau pahala sorgawi yang disediakan Tuhan bagi orang yang mau hidup dalam perjuangan iman. Nilainya jauh melebihi apa yang ada di dunia ini dan kepuasan mendapatkannya jauh melebihi pencapaian-pencapaian yang ada di dalam dunia ini.
Musa lebih dari sekadar cerdas. Kesempatan mendapat kekuasaan dan kekayaan, itu menyenangkan, tapi kualitasnya tidak seberapa dibanding pahala dari Tuhan. Orang cerdas adalah orang yang sanggup memilih yang lebih baik dari sekadar baik. Mereka adalah orang yang dapat memilih apa yang lebih berharga dibandingkan dengan sesuatu yang hanya sekadar berharga. Pada sisi lain, Musa juga cerdas karena semua fasilitas istana Mesir ia dapatkan tanpa perjuangan, sedang pahala sorgawi adalah sesuatu yang harus ia perjuangkan untuk mendapatkannya. Sesuatu yang didapat setelah melewati perjuangan yang tidak mudah, jauh lebih memuaskan.
Jika kita senang dengan sepeda motor, lalu mendapatkannya karena motor itu milik orangtua kita, itu sungguh menyenangkan. Namun, jika kita mendapatkannya karena memenangkan pertandingan, itu memuaskan dan membanggakan. Itulah yang dimaksud dengan misthopodosia, pahala yang akan kita terima setelah menyelesaikan pertandingan iman, memuaskan dan membanggakan.
Saudaraku, Tuhan mau kita bertanding sebaik mungkin untuk meraih upah yang Dia sediakan. Ingat, hidup kita terdiri dari jasmani dan rohani, sudahkah keduanya kita kerjakan dengan serius? Apakah kita memilih untuk lebih fokus pada yang jauh lebih berharga? Salam misthapodosia.
Refleksi Diri:
- Apa fokus hidup kita selama ini? Apakah kita mengarahkan pandangan untuk mengejar upah atau pahala sorgawi?
- Langkah apa yang Anda akan lakukan supaya dapat menyelesaikan pertandingan iman dengan baik dan berkenan di hadapan Yesus?