Mengasihi pendosa
Roma 5:6-10
Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.
- Amsal 4:14-15
Allah membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa. Yesus mati bagi manusia bukan ketika mereka sudah jadi baik, tetapi ketika mereka masih berdosa (Rm. 5:8). Demikianlah kita sebagai anak-anak Allah sepatutnya mengikuti teladan-Nya. Kita juga harus mengasihi orang berdosa tetapi membenci dosa. Apa yang dimaksud dengan mengasihi orang berdosa? Pertama, kita bersikap baik kepada mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Kita menjalin relasi dengan mereka. Kedua, kita menolong di dalam kekurangan atau penderitaan mereka. Kita berempati dengan kesulitan yang mereka hadapi dan berusaha membantu sesuai kemampuan kita. Ketiga, memberitakan Injil kepada mereka. Sampaikan kabar sukacita sorgawi itu.
Ketika kita berelasi, bertukar pikiran, bahkan hidup bersama mereka maka akan terjadi interaksi. Persoalannya, siapa memengaruhi siapa? Sebagai manusia yang telah ditebus oleh Kristus dan menjadi ciptaan baru, bukan berarti kita imun terhadap dosa. Kita masih bisa tergoda oleh pencobaan dan berdosa. Di sinilah nasihat ayat emas di atas menjadi penting. Pertama, jangan mengikuti jalan orang jahat. Meskipun kita bergaul dengan orang jahat, jangan sesekali terpengaruh cara pikir, apalagi mengikuti jalan hidup mereka. Kita harus bisa membuat batasan dalam pergaulan.
Ketika godaan itu semakin kuat, maka langkah kedua yang disampaikan Amsal adalah menjauhi jalan yang jahat. Ketika arus hidup mulai menggiring kita pada kejahatan, jangan terlena. Kita harus cepat-cepat mengambil keputusan untuk menyimpang dari jalan itu. Jangan atas nama menjaga “hubungan baik” (yang sebenarnya tidak baik), kita malah jatuh ke dalam dosa. Bahkan kalau kita harus membayar harga karena keputusan kita untuk mengambil jalan berbeda, kita tidak perlu takut kekurangan berkat. Tuhan berpihak kepada orang benar. Dia akan mengganti kerugian karena ketegasan iman kita.
Mengasihi pendosa tidak sama dengan mengikuti jalan hidup pendosa. Kerinduan kita agar mereka diselamatkan melalui kesaksian kita, itu sangat mulia.
Namun, jangan sampai demi tujuan mulia, kita terperosok dalam cara nista.
Refleksi Diri:
- Bagaimana pengalaman Anda bergaul dan menjalin relasi dengan orang-orang yang belum percaya? Sudahkah Anda menyampaikan Injil kepada mereka?
- Dalam pergaulan sehari-hari, bagaimana cara Anda supaya tidak terbawa arus gaya hidup orang yang belum percaya?