Menghargai Dan Menghormati Allah
Pengkhotbah 4:17-5:6
Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.
- Pengkhotbah 4:17
Umat Kristen rutin melakukan ibadah raya di hari Minggu. Zaman sekarang, jemaat semakin merasa bebas saat datang beribadah, misalnya dalam hal berbusana atau melakukan kegiatan-kegiatan lain seperti mengobrol atau membuka handphone di tengah ibadah. Dalam buku Letters to the Church, penulis Francis Chan menuliskan: salah satu yang sering dilupakan orang Kristen zaman ini di dalam ibadah adalah unsur kesakralan. Dengan mengatasnamakan kebebasan, akhirnya mereka tidak memikirkan apa yang pantas dilakukan saat beribadah di rumah Tuhan.
Melalui ayat emas kita bisa melihat Pengkhotbah mengingatkan tiga hal:
(1) “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah!” Beribadah ke rumah Tuhan bukan sesuatu hal yang remeh. Jangan berpikir Tuhan butuh kita. Kita haruslah beribadah dengan sungguh-sungguh, mempersiapkan segalanya untuk ibadah dengan baik, dan jangan asal-asalan. Saat asal-asalan dalam beribadah, sesungguhnya kita sedang menghina kehadiran Tuhan. Saat kita tidak bisa menghormati Tuhan di dalam ibadah, rasanya mustahil bisa menghormati-Nya di dalam kehidupan sehari-hari.
(2) “Mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban.” Ibadah bukan hanya masalah kehadiran fisik atau ritual keagamaan yang harus dilakukan, ini bicara soal relasi. “Mendengar lebih baik” punya arti kita harus memberi diri dengan serius terhadap kehendak Tuhan. Cek kembali apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau malah kita mengambil arah yang berlawanan dengan yang dikehendaki-Nya. Jangan lupa, mengikuti kehendak-Nya lebih baik daripada setumpuk persembahan.
(3) “Jagalah hatimu jangan lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Tuhan” (ay. 1a). Kita janganlah dengan mudah mencibir Allah, memprotes Tuhan dengan rendahnya, seakan-akan Dia setara dengan kita atau malah lebih rendah. Dengan jelas sekali diingatkan, “… karena Allah di sorga dan engkau di bumi, …” (ay. 1b). Ini menunjukkan posisi yang berbeda jauh.
Mari perhatikan setiap perkataan atau pikiran di dalam hati kita. Tempatkanlah diri kita di hadapan Tuhan sebagaimana seharusnya, jangan melewati batas. Sekalipun dunia semakin menjunjung kebebasan, tetapi marilah kita tetap menghargai dan menghormati Tuhan di setiap aspek kehidupan, termasuk di dalam ibadah kita.
Refleksi Diri:
- Menurut Anda, apa yang saat ini sering dipandang remeh jemaat saat beribadah kepada Tuhan?
- Mengapa Tuhan harus dihargai dan dihormati di dalam setiap aspek kehidupan orang percaya?