Meninggalkan ayah ibunya
Kejadian 2:18-25
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Kejadian 2:24
Saya pernah mendengar masalah pernikahan berikut. Ada sepasang suami-istri muda. Si suami bernama Rocky, menikah dengan seorang istri, Junia (keduanya nama samaran). Rocky adalah anak bungsu dan sangat disayang ibunya. Ia dijuluki "Si Anak Mami". Karena manjanya, Rocky sulit untuk mengambil keputusan di dalam hidup. Ia sering meminta nasihat dan konfirmasi keputusan dari ibunya. Semenjak menikah, Rocky ternyata tetap berlaku sama. Ia tidak bisa bertindak sebagai decision maker di dalam keluarganya. Rocky selalu melibatkan ibunya untuk setiap keputusan yang diambilnya. Tidak heran ketika pasutri ini konflik, ibunya ikut terlibat perseteruan dengan menantunya. Sikap Rocky ini salah dan membuat istrinya kecewa terhadapnya.
Kejadian 2 mengisahkan sejarah pertama kalinya pernikahan terjadi di dunia. Pernikahan yang berlangsung karena inisiatif dari Allah sendiri, bukan dari manusia. Allah menciptakan Hawa sebagai pasangan bagi Adam. Satu pria dan satu wanita, itulah konsep pernikahan yang diajarkan Alkitab sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Allah juga menekankan bahwa "seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya…" Kata "meninggalkan" sini bukan mengajarkan pasutri untuk mengabaikan orangtuanya karena
Alkitab mengatakan supaya kita menghormati ayah dan ibu kita (Kel. 20:12).
Kalimat ini memberi pengertian konsep berhentinya ketergantungan anak terhadap orangtuanya saat memasuki jenjang pernikahan. Meninggalkan orangtua juga berarti mengenali bahwa pernikahan baru ini menghasilkan keluarga baru yang prioritasnya lebih tinggi daripada keluarga yang sebelumnya.
Pasutri yang sudah menikah harus belajar untuk mengambil keputusan sendiri (atau bersama dengan pasangannya). Apabila mengalami konflik, mereka harus dewasa dalam memecahkan masalah dan tidak boleh melibatkan orangtuanya masing-masing dalam penyelesaian konflik. Mereka harus berusaha bersama-sama menyelesaikan persoalannya sendiri berdasar kasih dan firman Tuhan. Hai, saudaraku yang sudah menikah, mari bangun pernikahan yang mandiri dan hanya menggantungkan pernikahan Anda kepada Tuhan Yesus Kristus. Sementara bagi para orangtua, hargai keputusan yang diambil oleh anak atau menantu Anda. Biarlah mereka belajar dewasa untuk mengambil keputusannya sendiri. Tuhan Yesus sedang membentuk pernikahan mereka. Doakan selalu supaya mereka bijak dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka.
PERNIKAHAN KRISTIANI MENGGANTUNGKAN DIRINYA KEPADA TUHAN YESUS.