Menjadi Pembawa Damai
1 Samuel 25:1-31
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
- Matius 5:9
Kalau mengikuti 1 Samuel dari awal khususnya tentang Daud maka Anda akan menemukan bahwa Daud bukan pribadi yang gampang emosional seperti Saul. Namun kali ini, Daud “kepancing”. Awalnya, Daud meminta dengan sopan bantuan kebutuhan hidup dari Nabal, konglomerat masa itu. Apalagi ia memintanya pada musim Nabal menggunting bulu domba, sedang masa panen. Akan tetapi, Nabal menganggap permintaan itu sebagai “jatah preman”. Kemungkinan ia mengenal Daud, tetapi demi harga diri dan gengsinya, ia pura-pura tidak kenal. Ia menolak mentah-mentah bahkan menghina Daud sebagai hamba yang melarikan diri dari tuannya. Daud marah dan ingin membunuh Nabal. Kisah ini berakhir baik ketika Abigail tampil dan menyelamatkan nyawa banyak orang.
Saya akan berfokus pada Abigail dalam renungan ini. Abigail disebut “bijak dan cantik” (ay. 3). Ia seorang yang berakal sehat, cerdas, dan cerdik. Ia pandai menata kata, bukan untuk menipu tetapi meneduhkan suasana hati Daud yang sedang lepas kendali diri. Abigail menjadi utusan Allah kepada Daud untuk menghindarkannya dari menumpahkan darah secara sia-sia. Ia memulai dengan menyatakan diri sebagai “hambamu” (ay. 24) dan diulanginya berkali-kali. Ia kenal dan sadar siapa dirinya serta bisa menempatkan diri dengan bijaksana. Ia merendahkan diri di depan Daud dan mengambil alih tanggung jawab kebodohan suaminya. Ia menyebut Daud sebagai “tuanku”, tanda ia mengenal siapa Daud dan misi yang diembannya (ay. 28 “perang TUHAN”).
Abigail mengajari kita tentang bagaimana menjadi juru damai ketika konflik terjadi, yaitu bersikap bijak dan merendahkan diri dalam menghadapi konflik. Jadilah orang yang berakal sehat. Jangan terseret emosi orang lain. Ketika menghadapi orang yang emosional, tak perlu kita menghadapi kemarahannya dengan kemarahan. Sebaliknya, bersikaplah tenang, berpikirlah jernih. Meskipun Anda tidak bersalah, tak perlu menjaga gengsi dengan cara meminta maaf lebih dahulu demi meredakan kemarahan orang lain dan mencapai perdamaian. Solusi konflik akan jauh lebih mudah jika Anda bersikap merendahkan diri daripada mempertahankan ego diri.
Refleksi Diri:
- Bagaimana biasanya Anda berespons ketika menghadapi konflik dengan orang lain?
- Apa pelajaran yang Anda dapatkan dari keteladanan Abigail dalam hal mengatasi konflik?