Menjaga Diri Pada Masa Puber
Kidung Agung 8:8-10
jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
- Amsal 30:19
Kata orang, remaja adalah tahap kehidupan tersulit. Remaja dituntut jadi dewasa, tapi di sisi lain masih dikekang kebebasannya seperti anak kecil. Saya sendiri mencoba menoleh ke belakang, menyadari bahwa hal yang lebih sulit
daripada menjadi remaja adalah membesarkan remaja (apalagi remaja senakal saya dulu).
Masa remaja yang ditandai dengan pubertas adalah masa dimana seseorang harus menjaga diri. Si istri, mungkin sambil mengajari anaknya yang juga telah menginjak usia remaja, mengingat tindakan kakak-kakaknya di masa lalu saat
menjaganya sebagai gadis. Jika adik mereka berlaku seperti tembok yang bisa menjaga diri agar tidak dimasuki sembarang orang, mereka akan memberinya penghargaan dan hadiah. Sebaliknya, jika adik mereka keluyuran sana sini dan mengizinkan siapa pun masuk seperti pintu, mereka akan mengekangnya makin ketat. Namun ternyata, si istri mampu menjaga diri sampai pernikahannya sehingga ia menyebut dirinya tembok.
Si istri juga menambahkan bahwa ketika calon suami melihatnya, ia mendapatkan kebahagiaan. “Kebahagiaan” di dalam bahasa aslinya menggunakan kata “damai”, yaitu akar kata dari nama Salomo. Jadi, si gadis hendak berkata, karena menjaga diri dengan baik, ia mendapatkan suami seperti Salomo. Ini seiring dengan nasihat si suami dalam Amsal 30:19, “Jalan seorang laki-laki adalah dengan seorang gadis”. Gadis di sini dimaksudkan sebagai perawan.
Kita bisa membayangkan si istri menuturkan hal ini kepada anaknya sambil menasihati agar anaknya meneladaninya.
Bagaimana dengan orangtua masa kini? Umumnya, ada dua ekstrem yang menjebak orangtua saat mengasuh remaja. Pertama, entah karena zaman modern yang lebih bebas atau kurang memperhatikan anaknya, orangtua membiarkan saja anak melakukan apa pun. Akibatnya, kita melihat di masa kini anak SMA saja sudah banyak yang hamil di luar nikah. Ekstrem kedua, kebalikannya, menjaga dengan ketat si anak sampai-sampai menutupi segala hal tentang seks dan pergaulan dengan lawan jenis. Akibatnya, saat perkembangan dunia internet pesat, anak bisa sembunyi-sembunyi mencari tahu tanpa sepengetahuan orangtuanya. Tak heran banyak remaja yang terjebak dalam dosa pornografi meski di luar terlihat sangat alim dan rajin pelayanan.
Refleksi Diri:
- Siapakah orang pertama yang mengajari anak Anda tentang seks dan pergaulan dengan lawan jenis? Apakah Anda sendiri atau Anda menyerahkannya kepada gereja/sekolah atau membiarkannya mencari tahu sendiri?
- Menurut Anda, bagaimana cara mengajarkan anak mengenai hal-hal ini?