Menyangkal Diri Atau Menyangkal Yesus?
Matius 26:69-75
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
- Matius 16:24
Pada tahun 2013, majalah TIMES terbit dengan sampul berjudul, The Me Me Me Generation. TIMES membahas semakin banyak orang sibuk memikirkan dirinya sendiri. Mereka hanya mau terkoneksi dengan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri. Manusia cenderung menjadikan dirinya pusat dari semuanya. Karena itu, kita sering menemukan kalimat-kalimat yang mengarahkan hidup yang berpusat pada diri: puaskanlah dirimu; hiburlah dirimu sendiri; biarkan orang-orang melihat kehebatanmu; lakukan apa pun yang kamu mau; dll.
Kebanyakan kita pasti tahu cerita Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Ini cukup mengherankan karena sebelumnya ia dengan berani menghunuskan pedang untuk membela Yesus di taman Getsemani. Petrus juga pernah mengatakan bahwa sekalipun semua orang meninggalkan Yesus, dirinya akan tetap ada bersama-Nya (Mat. 26:33). Ironisnya, kenyataan berkata lain. Petrus menyangkal Yesus. Saat menyangkal Yesus, sebenarnya ia sedang menolak menyangkal dirinya. Petrus tidak siap dengan segala risiko akibat mengikut Yesus. Perkataan Yesus tentang penyangkalan diri di dalam Injil Matius dan Markus diucapkan setelah Yesus menegur Petrus. Sewaktu Yesus bercerita bagaimana diri-Nya harus menderita, Petrus tidak sependapat. Ia mengatakan bahwa tidak seharusnya Yesus menderita (Mat. 16:22). Respons Yesus justru terang-terangan menyatakan bahwa ia harus menyangkal diri. David Platt dalam bukunya, Follow Me, berkata, “Panggilan untuk mengikut Yesus tidaklah sesederhana sebuah ajakan untuk menaikkan doa tertentu; melainkan panggilan untuk kehilangan hidup kita.” Menyangkal diri berarti menggeser pusat hidup kita, dari si aku menjadi Tuhan Yesus. Menyangkal juga berarti segala sesuatu yang kita lakukan haruslah berpusat kepada Kristus, yang sesuai kehendak-Nya.
Sebagai orang percaya, kita tidak luput dari ke-aku-an diri. Bukankah kita seringkali menjadikan diri sebagai yang utama? Kita melakukan apa yang menjadi kehendak kita, tanpa memedulikan kehendak Tuhan. Kita mencari aman dengan mencari panggung dan berdaya upaya supaya orang memandang dan memuji kita. Kita tidak berpikir dan bertindak untuk memuliakan Tuhan. Kita juga ogah-ogahan untuk melayani Tuhan. Kita menolak mengikuti-Nya jika tidak menguntungkan kita. Jangan menyangkal Yesus, tetapi menyangkal diri dan ikutilah Dia.
Refleksi Diri:
- Apa yang membuat Anda sering sulit untuk menyangkal diri?
- Bagaimana sekarang komitmen Anda dalam hal mengikut Yesus dan menyangkal diri?