Menyenangkan Manusia
1 Korintus 10:24-33
Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.
- 1 Korintus 10:33
Rasul Paulus membuat bingung. Masakan ia mengajari kita untuk menyenangkan hati semua orang? Dalam segala hal? Bukankah tujuan hidup kita adalah menyenangkan Allah? Mari kita pelajari lebih dalam.
Dalam 1 Korintus 10:31-32, Rasul Paulus mengatakan, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.” Paulus berusaha menyenangkan semua orang dalam arti tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang lemah imannya. Oleh karena pada masa itu, ada orang-orang Kristen yang tidak mau makan makanan yang dipersembahkan pada berhala, sedangkan bagi Paulus, semua makanan itu halal, asal diterima dengan doa dan ucapan syukur. Ia menasihati jemaat Korintus yang lebih dewasa imannya untuk menahan diri dalam hal makan-minum demi mereka yang lemah imannya.
Prinsip ini berlaku bukan saja dalam hal makan-minum tetapi dalam hal-hal yang lain juga. Sebagai orang Kristen yang lebih dewasa, kita harus membatasi kebebasan diri demi iman atau keselamatan orang lain. Jangan sampai sikap atau perbuatan kita membuat orang yang lemah imannya tersandung. Dengan kata lain, kita harus memberikan kesaksian hidup yang baik agar nama Tuhan dimuliakan dan Injil diberitakan. Intinya, menyenangkan manusia haruslah dalam koridor kekudusan dan keserupaan dengan Kristus, bukan kompromi. Jadi, jika saya menyenangkan orang, tidak ada maksud saya supaya serupa dengan orang itu tetapi agar ia (dan juga saya) menjadi serupa dengan Kristus.
Marilah kita memanfaatkan hidup kita untuk “menyenangkan manusia” demi menyenangkan Allah. Berusahalah untuk selalu memberikan kesaksian hidup yang baik melalui perkataan, perbuatan, dan tindak tanduk kita. Biarlah apa yang kita lakukan senantiasa berkenan di hadapan Allah, menjadi kesaksian yang baik untuk kemuliaan Tuhan.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua.
Refleksi diri:
- Apa kebebasan diri yang pernah Anda harus batasi agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang belum percaya atau yang masih lemah imannya?
- Apa komitmen yang ingin Anda ambil supaya menjadi kesaksian baik yang “menyenangkan manusia” sekaligus menyenangkan Allah?