Meresponi Cinta Kasih Allah
Lukas 15:1-7
Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
- 2 Korintus 9:15
Pada ayat emas hari ini, Rasul Paulus menyatakan luapan syukurnya atas anugerah tak ternilai, yaitu Putra Allah. Kata “tak terkatakan” merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang tidak lagi dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kalimat ini menyatakan betapa besarnya cinta kasih Allah dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi kita.
Yesus juga menjelaskan tentang besarnya cinta Allah melalui berbagai cara. Salah satunya melalui perumpamaan domba yang hilang. Dikisahkan Sang Gembala rela meninggalkan sembilan puluh sembilan dombanya yang lain demi mencari satu domba yang hilang. Ini berarti, jika Anda adalah satu-satunya orang di dunia maka Allah akan tetap mengirim Yesus untuk menyelamatkan Anda.
Sebagai timbal balik, sejak awal Yesus menginginkan respons manusia yang didasari oleh kerelaan untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati. Ulangan 10:12 mencatat hal ini, “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,”
Namun masalahnya, manusia yang telah menerima karunia itu seringkali sulit meresponi cinta-Nya dengan benar karena kapasitas hatinya yang terlalu kecil akibat mengerut oleh dosa. Salah satu penghancur cinta kasih manusia adalah rasa tidak layak dan tidak berharga. Jika hal ini menghantui, kita hanya perlu ingat apa yang disampaikan Rasul Yohanes, “Jika kita mengakui dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1Yoh. 1:9). Akuilah segala dosa kita di hadapan-Nya. Yesus mau menerima kita secara penuh.
Seorang penulis mengekspresikan realita berikut: aku berkata, “Jika Dia tahu, Dia tidak akan menginginkanku. Luka-lukaku tersembunyi di balik wajah yang kukenakan.” Tapi Tuhan menjawab, “Anakku, luka-luka-Ku telah menembus lebih jauh ke dalam. Cinta-Ku padamu yang telah menyebabkannya.” Sudahkah kita meresponi cinta kasih-Nya dengan sepenuh hati dan seluruh keberadaan kita?
Refleksi Diri:
- Bagaimana selama ini respons Anda membalas cinta kasih Yesus?
- Sudahkah Anda mengakui segala dosa sehingga memampukan Anda untuk mengasihi-Nya dengan sepenuh hati?