“Mungkin”
Amos 5:1-17
Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”
- Yakobus 4:15
Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh seperti agama saudara sepupu yang mengatakan, “Insyaallah.” Kenapa? Karena kita sebagai orang Kristen hidup oleh iman. Benarkah demikian?
Sesudah menyampaikan pesan penghakiman Tuhan, Amos melakukan apa yang dilakukan pengkhotbah KKR pada umumnya: altar call. Memang tidak seperti altar call pada umumnya, tetapi suatu panggilan untuk orang-orang Israel bertobat. Namun perhatikan apa yang ia katakan, khususnya di ayat 15. Apakah Amos berkata, “Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; pasti Tuhan akan melepaskan
kita dari hal-hal buruk yang kita alami dan melimpahi kita dengan kekayaan, kesembuhan, dan lain sebagainya.”? Apakah ini yang ia sampaikan? Tidak, Amos mengatakan “mungkin”.
Apakah ini berarti Amos kurang iman karena memakai kata “mungkin”? Tidak! Jika kita melihat sepanjang Perjanjian Lama, tokoh-tokoh yang beriman kepada Tuhan pun menggunakan kata “mungkin.” Ketika Kaleb berencana untuk menduduki tanah yang didiami orang-orang asing (Yos. 14:12), ketika Yonatan akan berperang mati-matian melawan pasukan Filistin yang jauh lebih besar (1Sam. 14:6), ketika Daud dihina-hina oleh Simei saat ia melarikan diri (2Sam. 16:12), dan ketika Yerusalem akan diserang oleh Asyur dan Hizkia memohon pertolongan Tuhan (2Raj. 19:4). Mengapa mereka tidak mengatakan “pasti”? Jawabannya adalah karena kerendahan hati. Tokoh-tokoh ini tidak menjadi sombong mentang-mentang anak Tuhan, lantas mengatakan bahwa Tuhan pasti akan menghendaki dan memberikan yang mereka inginkan. Mereka sadar bahwa mereka hanyalah hamba Tuhan yang dipakai menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyatakan kehendak Allah
atas manusia dan dunia.
Tentu, dalam hal keselamatan, jaminan hidup kekal dan pengampunan adalah suatu kepastian. Namun, apakah Tuhan akan meluputkan kita dari konsekuensi dosa-dosa kita selama di dunia? Apakah Tuhan akan memberkati usaha kita? Apakah Tuhan akan meluruskan rencana kita? Bukan kewajiban Tuhan untuk memberikan kepada kita apa yang kita mau. Melainkan “jika Tuhan menghendakinya,” kata Yakobus.
Refleksi diri:
- Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita cenderung menuntut Tuhan melakukan yang kita inginkan?
- Bagaimana Anda akan membangun sikap hidup “jika Tuhan menghendaki”?